SOLO, solotrust.com - "Kawan, tatkala mimpi menjadi ambisi, maka bersegeralah berpeluk pada sang pemilik semesta sembari terus berliterasi dengan Ratulisa (rajin menulis dan membaca) untuk bergerak dan menggerakkan sayap-sayap kesemestaan nntuk kemaslahatan umat sepanjang hayat."
Guru dan dosen menjadi orang tua kedua bagi multigenerasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kedua orang tua, ayah dan ibu menjadi guru dan dosen pertama bagi multigenerasi NKRI.
Bagaimana peran guru dan dosen abad XXI untuk dapat menjadi teman dan sahabat belajar serta membelajarkan diri bagi multigenerasi NKRI sebagai penerus pemimpin bangsa di masa depan. Anak-anak Indonesia menjadi harapan NKRI di masa mendatang untuk melanjutkan kemajuan dan kejayaan NKRI 20, 30, 40, dan mungkin 50 tahun yang akan datang.
Oleh karena itu, orang tua, guru, dan dosen abad XXI harus terus menyiapkan anak-anak Indonesia menjadi generasi cerdas, berkarakter, kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif. Guru abad XXI harus memiliki pandangan baru untuk berubah mengikuti perkembangan zaman.
Oleh karena itu, guru abad XXI harus memiliki keterampilan abad XXI, yakni berpikir kreatif, berpikir kritis, komunikatif, dan kolaboratif.
Guru harus selalau menjadi teladan dan pemikiran kreatif dalam pembelajaran di kelas dan luar kelas yang beragam. Guru harus selalu berbagi cerita kasus-kasus yang dapat memantik daya pikir kreatif dan kritis multigenerasi
NKRI sebagai pembelajaran berbasis kasus dan masalah. Semangat untuk memantik multigenerasi NKRI berpikir kreatif dan kritis menjadi bagian penting peran guru kreatif dan inovatif dalam berbagai konteks pembelajaran.
Oleh karena itu, guru kreatif, inovatif, produktif, dan inspiratif akan menjadi semakin kritis, komunikatif, dan kolaboratif apabila memiliki sikap adaptif terhadap situasi dan perkembangan zaman saat ini.
Jiwa guru-guru Indonesia hebat luar biasa pada jenjang kelompok bermain, TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan sekolah nonformal akan dapat menjadi teladan dengan pemikiran-pemikiran kreatif, kritis, komunikatif, dan kolaboratif pada abad XXI.
Guru abad XXI harus terus bersikap adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman yang saat ini begitu cepat. Guru-guru abad XXI harus terus berliterasi dengan ratulisa (rajin menulis dan membaca) dalam berbagai konteks kehidupan.
Guru-guru abad XXI harus terus belajar dan membelajarkan diri terhadap perubahan dan kemajuan teknologi infomasi kekinian. Proses pembelajaran alamiah era Covid-19 sudah menjadi pengalaman dan sumber pembelajaran adaptif dan visioner berbasis teknologi.
Oleh karena itu, perlu diberikan upaya pembekalan dan ikut serta melakukan Gerakan Literasi Arfuzh Ratulisa (GELAR) untuk multigenerasi Indonesia. Gelar ini akan dapat menjadi pemantik daya kreatif dan kritis guru dan multigenerasi NKRI secara komprehensif dan berkelanjutan dalam berbagai konteks keberagaman dan kebhinekaan di Indonesia.
Dengan demikian, semua unsur, guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat harus bersama-sama saling mendukung dan menguatkan target-target untuk menjadikan multigenerasi NKRI tangguh, hebat, dan luar biasa.
Dosen abad XXI juga harus memiliki pemikiran yang menjadi pembeda dengan keterampilan abad XXI. Pemikiran kreatif, inovatif, komunikatif, dan kolaboratif harus dikolaborasikan dengan guru abad XXI.
Oleh karena itu, guru dan dosen abad XXI harus melaksanakan 5B: bersilaturahmi, berkomunikasi, berkolaborasi, beraksi, dan berliterasi dengan ratulisa dalam berbagai konteks pembelajaran dan kehidupan nyata.
Komitmen untuk terus berubah dan meningkatkan kompetensi hardskill dan softskill harus terus dilakukan seiring dengan perkembangan zaman. Cerita dan pengalaman dosen abad XXI harus dibalut dengan aneka studi kasus dalam pembelajaran aktif dan kreatif bagi mahasiswa sebagai calon guru dan dosen abad XXI. Selain itu juga diajarkan kepada guru-guru abad XXI melalui pelatihan pembelajaran inovatif abad XXI berbasis teknologi.
Guru dan dosen abad XXI tidak boleh menjadikan teknologi sebagai lawan, namun harus menajadikan teknologi sebagai kawan untuk akselerasi berliterasi dengan ratulisa berbasis teknologi.
Sikap kritis dan kreatif menjadikan guru dan dosen abad XXI akan semakin adaptif terhadap perkembangan teknologi dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, seni, teknologi, dan semua konteks kehidupan yang komprehensif bagi multigenerasi NKRI.
Guru dan dosen abad XXI harus terus bergerak dan menggerakkan aneka model pembelajaran di kelas dan luar kelas. Komitmen untuk memantik kolaborasi guru dan dosen abad XXI ini harus terus dirajut dalam bentuk pembelajaran kreatif dan inovatif berbasis kasus dan proyek dengan aneka pengalaman dalam kehidupan nyata.
Gerakan literasi arfuzh ratulisa (Gelar) yang memiliki filosofi pendidikan membuka ruang untuk belajar menulis dan membaca bagi guru, dosen, dan multigenerasi NKRI abad XXI. Semangat kebersamaan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik, mahasiswa, guru, dan dosen abad XXI secara komprehensif.
Sikap positif untuk terus berpikir kreatif, inovatif, dan adaptif akan menjadi semangat baru bagi multigenerasi NKRI untuk terus belajar dan membelajarkan diri dalam berbagai konteks dengan terus berliterasi lewat ratulisa.
Dengan demikian, guru dan dosen abad XXI harus visioner dan adaptif dengan terus belajar dan membelajarkan diri untuk berubah dan bergerak dalam berbagai konteks kehidupan secara komprehensif dan berkelanjutan bagi kemajuan dan kejayaan multigenerasi NKRI.
Marilah kita bersama-sama belajar dan membelajarkan diri untuk menjadi guru dan dosen abad XXI yang kreatif, adaptif, inovatif, produktif, dan inspiratif untuk kemajuan dan kejayaan multigenerasi NKRI.
“Keheningan senja saat menuju ke peraduannya tentu akan membuka ruang untuk terus mengenang aneka cerita dalam penjelajahan semesta sepanjang masa untuk terus berkarya di istana arfuzh ratulisa.”
Universitas Muhammadiyah Surabaya, 22 Maret 2024
* Oleh: DR. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum. Penulis adalah Dosen PBSI FKIP UNS, Ketua Umum ADOBSI, & Pegiat Literasi Arfuzh Ratulisa
(and_)