Hard News

Tolak Penggusuran, Warga Jebres dan Mahasiswa Gelar Unjuk Rasa di Balai Kota

Jateng & DIY

9 April 2018 15:55 WIB

Warga Jebres Demangan yang terdampak perluasan lahan Solo Techno Park (STP) bersama Aliansi Mahasiswa Jebres Tengah menggelar aksi unjuk rasa di depan Balai Kota Surakarta, Senin (9/4/2018). (solotrust-vin)

SOLO, solotrust.com – Puluhan warga Jebres Demangan dan Aliansi Mahasiswa Jebres Tengah, menggelar aksi unjuk rasa di depan Balai Kota Surakarta, Senin (9/4/2018). Mereka menolak penggusuran yang akan dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta seiring dengan perluasan pembangunan Solo Techno Park (STP).

Berdasar pantauan solotrust.com, puluhan peserta aksi unjuk rasa itu berjalan dari Bundaran Gladag menuju ke depan Balai Kota Surakarta.



Dengan berbagai poster dan spanduk yang bertuliskan 'Solo darurat Agraria', 'Tolak Penggusuran', serta berbagai poster lainnya mereka mengecam rencana Pemkot itu. Petugas kepolisian dan satpol PP nampak menjaga ketat jalannya aksi.

"Hari ini kita menuntut pemerintah kita yang dengan semena-mena mengusir warga yang sudah puluhan tahun tinggal di sana dan mematikan hak hidup dengan merampas lahan pencarian nafkah warga,” ucap koordinator aksi, Edho Johan di sela aksi.

Dalam orasinya, warga menuntut persamaan perlakuan yang dilakukan Pemkot terhadap beberapa tanah Hak Pakai (HP) yang dimiliki Pemkot, menjadi HM (Hak Milik) bagi masyarakat. HP yang dimaksud adalah HP 11 yang berada di Kelurahan Semanggi, HP 10 kelurahan Tipes, HP 40, dan HP 43 kelurahan Pucangsawit.

“Kami menuntut Wali Kota untuk mengambil kebijakan yang tidak berbeda-beda terhadap masyarakat Kota Solo,” tuturnya.

Sementara, perwakilan warga Jebres Tengah, Dwi Yustanto mengatakan warga tak gentar jika Satpol PP telah melayangkan Surat Peringatan (SP) 1 kepada mereka. Sebanyak 23 KK (kepala keluarga) yang menggunakan lahan HPPemkot 105 di RT 02 dan 03 RW 25 Kelurahan/Kecamatan Jebres itu tetap memilih bertahan.

"HP yang lain saja bisa mendapat sertifikat, kenapa kami nggak bisa. Sikap warga tetap menolak dan tidak ada warga yang membongkar rumahnya," tandas Dwi. (vin)

(way)