Hard News

Setahun Tinggal di Ladang Pinggir Sungai, Thunder Tidur Beralas Tikar Beratap Terpal

Sosial dan Politik

04 Juni 2024 11:01 WIB

Thunder, pria berusia 49 tahun warga Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memilih tinggal di ladang pinggir sungai sendirian dengan tempat seadanya.

BOYOLALI, solotrust.com - Thunder, pria berusia 49 tahun warga Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah memilih tinggal di ladang pinggir sungai sendirian dengan tempat seadanya.

Beralaskan tikar dan atap terpal warna biru berukuran 4x2 meter, pria kesehariannya bekerja serabutan itu memilih tinggal di ladang sendirian selama satu tahun lebih. Ia tinggal di pinggir sungai Desa Sembung di mana sekitarnya terdapat pohon jati dan tanaman singkong.



Sementara di sekitar tempat tinggalnya terdapat ember dan galon untuk menampung air. Sehari-hari, ia biasa merebus air dan masak mi instant di dalam tenda. 

Menurut Thunder, dirinya memilih tinggal di ladang karena tak mau merepotkan saudaranya. Kendati hanya tinggal di ladang dan hanya beratapkan terpal, namun menurutnya itu lebih terasa nyaman.

“Saya mending tinggal di sini. Saya tidak mau merepotkan saudara, saya lebih baik tinggal di sini saja. Kalau saya punya rumah atau hotel, ya enak,” katanya, baru-baru ini.

Thunder sebelumnya tinggal di rumah adiknya di wilayah Singkil Boyolali, sebelum akhirnya memutuskan tinggal di ladang pinggir sungai dengan kerja serabutan.

“Kalau dulu tempat ini orang menyebut hutan Sembung. Saya dulu tinggal di rumah adik di Desa Singkil, Boyolali. Kerjaan saya serabutan tani, kalau ada yang menyuruh saya kerja,” sebut dia.

Sementara menurut salah seorang warga Boyolali, Agus Supriyadi, Thunder sudah pindah tempat tinggal sebanyak tiga kali. Ia lebih memilih tinggal di ladang pinggir sungai.

“Saya melihat orang ini sudah lama sebenarnya. Saya pernah lihat di sebelah sana di ladang pinggir sungai juga, namun sudah lama tidak melihat lagi ternyata sudah pindah tempat,” kata Agus Supriyadi.

Diungkapkan pula, dirinya juga pernah melihat Thunder di tempat lain yang juga dekat sungai.

“Saya waktu mengantar anak sekolah melihat sepeda motor di ladang pinggir sungai. Saya pulang kerja kemudian saya datangi ternyata ada tenda, namun tidak ada orangnya. Esok harinya saya ke situ lagi baru ketemu orangnya,” tambah Agus Supriyadi.

Dirinya juga mengaku pernah memberikan bahan pokok (sembako) kepada Thunder sebagai bentuk empati.

“Saya mau berangkat kerja bawa sembako buat Thunder. Saya tanya katanya orang Singkil. Saya tanya kenapa tinggal disini, ia bilang pilih tinggal di sini saja,” pungkas Agus Supriyadi. (jaka)

(and_)