SUKOHARJO, solotrust.com - Pendidikan dapat dilakukan melalui musik. Hal tersebut dibuktikan oleh Sekolah Musik Indonesia (SMI) Solo bekerjasama dengan Polresta Surakarta dan CV Deras Cipta Media Advertising.
Melalui sebuah festival musik yang diadakan di Hartono Mall Solo Baru, Sabtu (9/6/2018). Festival Band Pelajar Cipta Lagu bertema Anti Hoax tersebut merupakan rangkaian acara dari SMI Ramadan Festival 2018.
Event Promotion SMI Solo, Ferianto menjelaskan SMI selalu mengadakan acara rutin tiap tahun dimana tahun 2018 ini mengusung tema anti hoax. Sekaligus terkait HUT Bhayangkara ke 72 dari Polresta.
"Musik bisa digunakan untuk keperluan apa saja. Kita berharap, musik digunakan untuk hal positif seperti edukasi. Sehingga membawa pengaruh positif ke masyarakat," paparnya pada solotrust usai festival band, di Hartono Mall Solo Baru, Sabtu (9/6/2018).
SMI sendiri menggelar acara di atrium Hartono Mall sejak Kamis - Minggu (7-10/6/2018). Konten acara antara lain, workshop musik, perkusi, hingga workshop kecantikan. Juga penampilan murid SMI meliputi solo piano, solo drum, grup musik / band, ensamble dan lainnya.
Menurutnya, minat musik di Solo Raya cukup luar biasa. Terlihat dari kisaran usia para siswa SMI, mulai anak usia 2,5 tahun hingga dewasa. Sebanyak 50 % siswa didominasi usia TK - SD, 30 % siswa SMA, sisanya orang dewasa. Selama event ada penawaran khusus, yaitu gratis biaya pendaftaran yang seharusnya Rp 450 ribu. Untuk pembayaran 3 bulan ke depan, akan mendapat diskon 10 persen. Di event ini SMI Solo menargetkan bisa menjaring hingga 50 siswa.
Marketing CV Deras Cipta Media Advertising, Yosua Eka Setiawan menambahkan kegiatan ini sekaligus untuk edukasi ke masyarakat khususnya pengguna sosial media, untuk menekankan jangan menyebar berita hoaks. Deras mendukung kegiatan ini karena sesuai dengan bidang gerak yaitu periklanan atau advertising.
"Untuk event ini Deras mendukung dengan 6 titik baliho se Solo Raya. Tujuannya tidak hanya menarik minat peserta saja. Tapi juga mengajak masyarakat jangan mudah menerima dan menyebar berita hoaks," terangnya.
Menurut pria yang akrab disapa Jojo tersebut, hampir semua orang mulai dari anak kecil hingga dewasa sudah mengenal sosial media. Sulit untuk mengontrol informasi macam apa yang diterima masyarakat. Upaya yang bisa dilakukan hanyalah mengajak untuk meningkatkan kesadaran tentang berita hoaks sejak dini sebab cepat penyebarannya.
"Harapan kami, masyarakat indonesia bisa menjadi lebih baik. Tidak mudah terpengaruh berita hoaks serta bisa menyaring berita baik dan buruk. Terlebih anak anak atau remaja mudah terpengaruh," pungkasnya. (Rum)
(wd)