KARANGANYAR, solotrust.com - Menguatnya mata uang dolar sedikit banyak berdampak pada perekonomian Indonesia.
Namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta agar tidak perlu khawatir. Sebab pondasi ekonomi Indonesia lebih baik dibanding saat krisis ekonomi tahun 1998.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala OJK Solo, Laksono Dwionggo di acara halal bi halal Paguyuban Pemegang Saham & Komisaris (Pesakom) Solo Raya, Rabu (4/7/2018), di Pendopo Rumah Dinas Bupati Karanganyar.
"Terbukti sampai hari ini tingkat kredit bermasalah atau Non Perfomance Loan (NPL) di Solo Raya, masih di kisaran angka 5 %. Sementara NPL di Jawa Tengah berada pada angka 7 %," paparnya.
Pihaknya mengimbau untuk mengantisipasi kondisi tersebut, pengelola BPR harus mampu meningkatkan efisiensi dengan menggunakan teknologi.
"Dengan penggunaan teknologi suku bunga tidak tinggi, masyarakat bisa menyerap kredit lebih banyak. Sekaligus pelayanan menjadi lebih cepat. Bisa bersaing dengan fintech yang bisa menyalurkan kredit dalam hitungan menit, tanpa tatap muka," paparnya.
Sementara Ketua Pesakom Solo Raya, Wymbo Widjaksono, menyampaikkan keberadaan Pesakom untuk menjembatani komunikasi antara pemegang saham BPR/BPRS dengan OJK dan stakeholder lainnya.
"Dengan berhimpunnya pengawas, komisaris dan pemegang saham, maka apabila BPR menghadapi masalah bisa dicarikan solusi bersama," ujarnya. (Rum)
(wd)