BOYOLALI, solotrust.com – Perajin tembaga di Tumang, Cepogo, Boyolali was-was dan terancam merugi menyusul melemahnya Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.
Pasalnya, perajin tembaga di Tumang menggunakan bahan baku impor. Bila Rupiah terus melemah, berimbas pada kenaikan harga bahan baku.
“Melemahnya Rupiah ini nanti kita pengaruh juga ke bahan baku, jadi mungkin bahan baku akan naik karena bahan baku kita itu impor dari luar negeri jadi pengaruh sekali kalau mata uang kita itu melemah,” jelas Agus Susilo, salah satu perajin tembaga di Tumang, kemarin.
Perajin tembaga di sentral tembaga Tumang semuanya menggunakan bahan baku impor. Bahan baku tembaga didatangkan dari Bulgaria, Jepang, dan Korea. Saat ini, kenaikan bahan baku impor berkisar antara 10 hingga 15 persen.
Akibatnya para perajin terpaksa harus menekan keuntungannya. Karena meski harga bahan baku impor naik, namun penjualan produk tetap stabil. Akibatnya, omzet perajin tembaga menurun hingga 25 persen dari omzet biasanya.
Untuk menaikan harga, para perajin takut akan ditinggal konsumen jika menaikan harga penjualan. Produk kerajinan tembaga Tumang diekspor di sejumlah negara seperti Amerika, Prancis, Jepang, dan Swedia.
“Untuk harga jual sendiri kita belum bisa untuk menaikan karena susah untuk konsumen itu menerima kalau kita jual produknya itu kita naikan. Paling nanti kita menekan keuntungan,” ujar Agus.
Senada, Ketua Klaster Perajin Tembaga Tumang, Sriyanto mengatakan, menguatnya Dolar bisa berpengaruh terjadap keuntungan para perajin. Namun meski demikian, pihaknya optimistis tidak akan ditinggal para konsumennya.
“Otomatis karena tidak ada pesaing, jadi konsumen mau tidak mau harus belinya ke sini,” kata Sriyanto.
Para perajin tembaga di sentra kerajinan tembaga tumang berharap nilai Rupiah bisa kembali menguat. (art)
(way)