Hard News

Pedagang Pasar Legi Masih Adaptasi, dari Omzet Belum Maksimal hingga Suara Blower yang Berisik

Jateng & DIY

18 Januari 2022 16:26 WIB

Bangunan baru Pasar Legi yang telah direvitalisasi oleh Pemkot Solo. (Foto: Dok. Solotrust.com/taqim)

SOLO, solotrust.com – Para pedagang Pasar Legi mulai pindah ke bangunan baru secara bertahap. Namun karena kepindahan ini, para pedagang harus beradaptasi dengan lokasi dan beragam aturan baru.

Dari pantauan Solotrust.com pada Selasa (18/1), sejumlah pedagang mengungkapkan belum mendapatkan omzet maksimal.



Seperti yang dikatakan Nika Kadarwati, yang menempati salah satu kios di lantai dua bagian dalam pasar. Ia menuturkan, semenjak ia pindah dari Senin (10/1), omzetnya menurun, namun ia berkeyakinan bahwa hal tersebut lantaran pembelinya belum terbiasa.

“Dari tanggal 10 omzetnya menurun, belum stabil, pembelinya masih nyari-nyari ya, Mas. Tapi ke depan insya Allah,” katanya.

Terkait penjualan, Nika Kadarwati mengeluhkan perihal blower yang menjaga sirkulasi udara di dalam pasar. Menurutnya, blower tersebut terlalu bising, sehingga membuat pembelinya kurang nyaman.

“Sama blower-nya kalau dinyalain malah bising, jadi pembeli nggak dengar,” ujar Nika.

Hal serupa disampaikan oleh Ardianysah yang menempati kios B.45 di lantai dasar bagian depan. Selama empat hari menempati bangunan baru Pasar Legi omzetnya juga belum pasti. Bahkan, ia tak yakin ke depannya omzetnya bakal membaik.

Hal tersebut lantaran kiosnya cukup jauh dari tangga, pun tiang pancang yang berdiri di depan kiosnya dinilai cukup menganggu. Untuk mengatasi hal tersebut, ia sampai rela berjualan di depan pasar.

“Tangganya jauh, kalau mau mutar juga jauh. Kalau penjualan ini tempat saya kan ketutupan ini, untuk itunya kadang saya stand di atas, juga kasian pembelinya muter-muter. Untuk omzet ke depan kayaknya kurang,” kata Ardiansyah.

Ardiansyah juga mengeluhkan perihal blower yang dinilai berisik, serta kiosnya yang berada di bagian depan sering tampias air ketika hujan.

“Kalau hujan airnya netes 1-5 cm, kecipratannya sampai sini. Sama bising juga blowernya, tapi dari Sabtu (15/1) kemarin udah nggak dinyalain (blower), sih,” jelas Ardiansyah.

Selain itu, ia berpendapat bahwa seharusnya bangunan pasar menyesuaikan dengan komoditas dari penjual. Diketahui Ardiansyah merupakan pedagang garam, dan menilai kalau lantai di kiosnya belum sesuai.

“Kondisinya berbeda-beda ini kan garam artinya harusnya dikasih tempatnya kayak tegel (ubin)-nya mungkin,” tandasnya.

Sementara, keluhan pedagang di lantai 1 dan 2 tak terlalu dirasakan oleh salah satu pedagang di lantai 3. Seperti yang diungkapnya pedagang yang menyebut dirinya Pedagang Sambal Pecel yang menempati kios FF 74-78. Ia menyebut kalau soal omzet mengandalkan pelanggan yang mengorder lewat telepon dan media sosial. Sehingga, sepinya pembeli baru tak terlalu ia pusingkan.

Ia juga mengatakan kalau pasar baru tersebut sudah nyaman baginya, walau blower juga dinilainya cukup berisik.

“Saya di sini mulai senin (10/1), kalau pembeli yang biasa ada tapi sedikit, karena pembeli saya kebanyakan order; ngebel (nelpon), WhatsApp. Soal kenyamanan, nyaman, udah dingin, kok. Kalau blower kadang ya berisik, tapi kalau gini (tidak dinyalakan) ya, enggak berisik,” ujarnya. (dks)

(zend)