Hard News

Ini Perbedaan Antara Wartawan dan Citizen Journalism

Jateng & DIY

28 September 2018 10:25 WIB

Suasana Seminar Nasional Yang Muda Yang Berkarya di UMS, Kamis (27/9/2018).

SUKOHARJO, solotrust.com- Dengan kemajuan teknologi saat ini, hadirnya era digital yang memunculkan media sosial tidak bisa dihindari. Penggunaan media sosial bisa menjadi 2 mata pisau, bermanfaat atau justru merugikan.

Terkait kondisi itu, Direktur Utama LKBN Antara, Meidyatama Suryodiningrat pun menyampaikan materi Jurnalisme Milenial pada sekitar 400 - 500 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).



Kegiatan Seminar Nasional digelar di Gedung Muh. Djazman UMS Sukoharjo, Kamis (27/9/2018) dalam rangka Kongres XXIV Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Tahun 2018.

"Terdapat perbedaan antara wartawan dengan blogger / twitter / citizen journalism (CJ)," kata Meidyatama.

Dari segi ruang kerja, wartawan secara fisik harus datang ke acara / event, sedangkan CJ bisa kapan saja dimana saja. Dari segi pendidikan, wartawan minimal sarjana, sedangkan CJ yang penting bisa baca tulis.

Dari segi status, semua wartawan harus melalui proses terakreditasi bahkan institusinya, juga menjadi anggota salah satu organisasi profesi seperti PWI. Sedangkan CJ terhitung freelance.

Soal karir, wartawan ada perubahan karir berjenjang, sedangkan CJ tanpa institusi dan tanpa pendapatan. Dari sisi etik, wartawan ada kode etik jurnalistik, dewan pers, organisasi profesi, yang diatur dalam UU no 40 tahun 1999. Sedangkan CJ bertanggung jawab secara pribadi.

Pihaknya menerangkan esensi jurnalistik terkait peristiwa revolusi informasi di abad 15 dengan ditemukannya mesin cetak modern oleh Johannes Gutenberg.  Dimana informasi menjadi terbuka, terjadi demokratisasi informasi, dari yang hanya diperoleh orang - orang tertentu, bisa dikonsumsi masyarakat luas.

"Tugas wartawan melihat, mencatat, lalu menyebarluaskan informasi ke masyarakat. Catatan sejarah hampir selalu bermula dari jurnalistik," ujarnya.

Untuk itulah, pewarta terkena tuntutan dasar, pertama melakukan verifikasi, ini yang membedakan wartawan dengan orang yang asal cuap. Kedua, verifikasi lagi. Ketiga, verifikasi lagi. Itu adalah kitab seorang wartawan karena fakta adalah hal yang paling mendasar. Keempat, baru objektivitas.

Nasehatnya untuk wartawan di era digital, pertama verifikasi semua informasi baik teks, infografis, foto maupun video, untuk menunjukkan kualifikasi sebagai wartawan. Kedua, crosscheck dengan narasumber terpercaya (konvensional). Ketiga, jangan ikut menyebarkan hoaks dan kebencian. Keempat, bertindak profesional di media.

"Kalau anda bisa berkata dan bertindak santun di dunia nyata, mengapa tidak di sosial media. Objektivitas anda juga dipertanyakan bila postingan anda di sosial media secara pribadi agak aneh - aneh," pesannya.

Seminar Nasional bertajuk Yang Muda Yang Berkarya, dengan tema Generasi Milenial Optimis Menatap Perubahan, menghadirkan beberapa narasumber yang berkompeten di bidangnya.

Selain Direktur Utama LKBN Antara, Meidyatama Suryodiningrat, juga CEO & Founder Ceknricek.com Fikar Rizky Mohammad, Kepala Kebijakan Publik dan Kepala Perwakilan Twitter Indonesia Agung Yudha, dan Direktur Indonesia New Media Watch Agus Sudibyo(Rum)

(wd)

Berita Terkait

Berita Lainnya