Hard News

Dampak Sabu-Sabu yang Dipakai Nunung Dapat Merusak Otak

Hukum dan Kriminal

20 Juli 2019 11:21 WIB

Artis lawak Tri Retno Prayudati alias Nunung. (dok. net)

JAKARTA – Artis lawak Nunung  yang tertangkap nyabu bersama suaminya July Jan Sembiran mengaku telah mengkonsumsi barang haram tersebut untuk menambahkan stamina saat bekerja.

Baca juga: Dampak Sabu-Sabu yang Dipakai Nunung Dapat Merusak Otak



"Nunung dan suaminya mengakui untuk meningkatkan stamina," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Argo Yuwono dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/7/2019).

Sabu-sabu, menurut Psikiater Klinik Psikosomatik dari Omni Hospital, Alam Sutera, Andri adalah narkotika jenis metamfetamine yang merupakan psikostimulan atau zat yang dapat menstimulus atau merangsang kerja otak.

Sabu-sabu, menurut Andri memang mengandung stimulan, yaitu amfetamin. Amfetamin sendiri sekitar 20 tahun lalu digunakan untuk mereka yang mengalami gangguan dalam konsentrasi dan hiperaktif.

“Namun pada sabu dan jenis narkoba lainnya, isinya bukan amfetamin murni. Kita juga tidak tahu jenis campuran sabu itu apa,” katanya.  

Ironisnya, banyak yang masih belum paham, efek penggunaan sabu-sabu ini. Penggunaan sabu-sabu, menurut Andri, dapat menimbulkan masalah ketergantungan dan kerugian di masa sekarang dan akan datang.

“Pada saat orang menggunakan stimulan seperti sabu dan ekstasi, maka terjadi lonjakan serotonin dan dopamin beberapa kali lipat dari biasanya,” katanya.

Hal ini yang membuat pengguna stimulan merasakan rasa nyaman dan gembira luar biasa.

Tapi sistem keseimbangan ini erat kaitannya dengan terjadinya gangguan kecemasan. “Penggunaan stimulan dalam jangka waktu lama akan merusak keseimbangan sistem otak. Daya tahan mekanisme otak terhadap stres akan berkurang. Sistem serotonin dan dopamin yang melonjak akibat penggunaan stimulan, pada kondisi normalnya kembali tidak lagi sama dengan ketika sebelum menggunakan stimulan.

Pada beberapa pasien ada efek samping yang nyata terkait dengan munculnya kecurigaan yang besar karena penggunaan obat ini yang disebabkan karena lonjakan dopamin. Gejala mirip gejala psikotik seperti ide-ide paranoid juga bisa muncul. Kondisi lingkungan yang penuh stres juga bisa memicu ketidakseimbangan itu.

Tragisnya lagi, Andri menyebutkan riwayat penggunaan stimulan membuat pasien lebih rentan terhadap kondisi kecemasan itu meskipun sabu-sabu itu sudah tak disentuh lagi.

"Maka jika anda pernah memakai stimulan dalam kehidupan anda, jangan heran jika suatu saat penyakit kecemasan mendekati," katanya. #teras.id

(wd)

Berita Terkait

Berita Lainnya