Pend & Budaya

Inilah Tujuan Dari Budaya Membuat Sajen Sebenarnya

Pend & Budaya

7 Oktober 2019 20:44 WIB

Sajen.

Solotrust.com- Sesaji atau sajen banyak dilakukan oleh orang – orang di nusantara pada zaman dahulu yang ditunjukan kepada Sang Pencipta, alam dan juga kepada para leluhur atau nenek moyang. Sajen tidak hanya dilakukan di Jawa, namun hampir di beberapa daerah Nusantara juga menggunakan sajen sejak zaman dahulu, hingga sekarang. Biasanya orang membuat sajen digunakan untuk hari – hari tertentu atau pada saat upacara-upacara tertentu.

Sesaji atau sajen menurut filsafat Sunda mengandung makna Sa – Aji – An. Sebuah kalimat yang di dalamnya mempunyai arti dan makna atau kekuatan tersendiri.



Kata Sajen berasal dari Sa-Ajian. Sa bermakna tunggal, Aji bermakna ajaran. Sehingga Sa Ajian mempunyai makna ajaran tunggal atau menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sesajen mengisyaratkan bahwa keganasan serta kedinamisan alam bisa diatasi dengan cara tidak merusak, tetapi mencoba menyatukan diri dengan alam. Ritual ini merupakan sebuah metafora. Kata Sa-Ajian secara kesleuruhan bermakna menyatukan segala keinginan dengan alam.

Pun begitu dengan pandangan yang ada di budaya Jawa. Budaya Jawa memandang sesaji sebagai sedekah. Sedekah kepada semua mahluk hidup dan alam serta tertuju dan terpusat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Harmonisasi dengan alam inilah yang dilakukan oleh masyarakat Jawa ketika memandang dunianya.

Sedekah atau sesaji itu merupakan sebuah bentuk artikulasi nyata dari kesadaran manusia untuk saling menjaga kelestarian alam, menjaga keharmonisan serta kelangsungan ekosistem dan juga lingkungan hidup.

Rasa welas asih untuk saling memberi dan menghormati dan berbagi merupakan sebuah pondasi hidup agar bisa bermanfaat dengan apa yang ada di sekitar. Masyarakat Jawa sangat paham bahwa mereka hidup saling berdampingan satu sama lain. Tidak merasa dirinya hidup sendirian di muka bumi ini.

Menurut peneliti dari Jepang, Yuji Uehara yang melakukan penelitian tentang sajen mengatakan bahwa, sajen bagian dari upaya manusia untuk membentuk Energi Positif pada alam. Menurutnya pada budaya sajen, dimana di dalamnya terdapat bunga, buah – buahan, wewangian dans ebagainya ternyata menghasilkan reaksi kimia yang mempengaruhi alam sekitarnya.

 “Budaya sajen ternyata bagian dari upaya manusia untuk membentuk Energi Positif pada alam dan manusia.” Ujarnya.  

Namun keberadaan budaya sajen atau sesajian sekarang semakin hari semakin ditinggalkan. Hal ini dikarenakan banyaknya anggapan bahwa sajen itu merupakan sesuatu yang dianggap tabu.  

Tetapi sebenarnya awal mula dari para leluhur membuat sajen tak lain dan tak bukan ialah sebagai upaya untuk melakukan doa dan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta supaya selaras dan harmonis dengan alam sekitarnya. (dd/ dari berbagai sumber)

(wd)