Solotrust.com - Amerika Serikat (AS) tampaknya mendapat serangan paling brutal virus corona (Covid-19). Betapa tidak, angka kematian akibat virus maut di negeri Adi Kuasa itu kini telah melampaui Italia. AS mencatatkan angka kematian tertinggi atas pandemi Covid-19 di dunia.
Data terbaru yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins menunjukkan lebih dari 20 ribu orang di AS kini telah menjemput ajal terpapar corona. Pencapaian buruk ini muncul tak lama setelah AS menjadi negara pertama yang mencatat rekor kematian lebih dari 2.000 kematian per hari akibat virus mematikan itu.
Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan pada Sabtu (11/04/2020), angka kematian di negara bagian itu tampaknya mulai stabil. Ketika mengumumkan 783 angka kematian baru dalam 24 jam, ia menekankan dalam beberapa hari terakhir jumlah kematian berkisar di angka yang sama.
“Itu bukan angka yang tertinggi dan Anda dapat melihat bahwa angka itu tampak mulai stabil, tetapi stabil pada tingkat yang mengerikan,” kata Cuomo, dilansir dari BBC News.
“Ini adalah angka-angka yang menggambarkan kehilangan dan kesedihan,” tambahnya.
Negara bagian New York telah menjadi pusat penyebaran corona di AS, mencatat lebih dari 180 ribu kasus dari hampir 530 ribu kasus di Negeri Paman Sam. Per Sabtu, seluruh negara bagian AS telah mengumumkan tanggap bencana sebagai respons atas wabah Covid-19.
Akibat pandemi corona hingga kini tercatat lebih dari 100 ribu orang meninggal di dunia sejak virus ganas itu mewabah di Cina pada Desember 2019 lalu.
Di Italia sendiri, pada Minggu (12/04/2020) pagi dilaporkan angka kasus kematian akibat Covid-19 mencapai 19.468 orang, tepat di bawah AS yang tembus 20.608 kasus kematian, merujuk data Johns Hopkins. Kini, setidaknya ada 529.951 kasus Covid-19 di AS.
Kepala badan yang menangani penyakit menular di AS, Dr Anthony Fauci, mengatakan angka kasus dan kematian di negara itu mulai turun, namun upaya mitigasi seperti social distancing tidak boleh dikendurkan.
Rekomendasi social distancing dikeluarkan Presiden AS Donald Trump dan akan diterapkan hingga 30 April mendatang. Trump sendiri menghadapi dua tekanan akibat wabah Covid-19. Saat ini jumlah pengangguran meningkat di mana sedikitnya 16 juta orang kehilangan pekerjaan dalam beberapa pekan terakhir. Adanya sejumlah pembatasan akibat virus corona telah melumpuhkan ekonomi negara itu.
Dia mengatakan pada Jumat (10/04/2020), dewan baru yang terdiri atas tokoh-tokoh bisnis dan medis akan diumumkan pekan depan untuk membantunya dalam “keputusan terbesar yang pernah saya buat” tentang kapan saatnya memperlonggar kebijakan terkait Covid-19. Itu terjadi ketika Kongres terus memperdebatkan tahap selanjutnya dari bantuan keuangan Covid-19.
Demokrat menghendaki adanya tambahan US$250 miliar yang diusulkan untuk membantu usaha kecil, juga memungkinkan dana tambahan untuk rumah sakit dan pemerintah daerah. Namun, pada Sabtu (11/04/2020), dua politisi Republikan teratas di Kongres, Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell dan Pemimpin Minoritas DPR Kevin McCarthy menolak permintaan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan mereka menggambarkan langkah itu sebagai “ancaman sembrono” yang memblokir “dana penyelamatan pekerjaan”.
(redaksi)