Solotrust.com - Sebuah kisah nyata diunggah akun Instagram @unikinfo_id pada Sabtu (11/04/2020). Kisah yang ditulis Nur Faizah itu menceritakan perjuangan seorang janda, bekerja sambil menggendong anaknya dengan kelainan tulang punggung..
“Tadi siang aku baru selesai membeli teng-teng wijen kesukaan mamaku saat sosoknya berdiri di depan minimarket sambil mengecrek botol berisi kerikil. Aku sering under estimate pengamen, pengemis yang bawa anak karena banyak banget pemberitaan soal kepalsuan kemiskinan mereka. Kalau lihat pengamen bawa anak, otakku auto nyinyir dan julid,” ujar Nur Faizah menceritakan pengalamannya bertemu seorang pengamen wanita sambil menggendong anaknya.
Namun, kali ini hati Nur Faizah tergerak menolong sang pengamen. Dia pun memanggil masuk ibu tadi ke dalam minimarket.
“Bu, ini keranjang kosong boleh ibu isi kebutuhan ibu dan anaknya. Gratis,” kata Nur Faizah kepada ibu tersebut.
Mendengar kebaikan yang ditawarkan, pengamen wanita itu hanya bengong, kemudian mengambil keranjang dan tidak berkata apa-apa. Ibu itu lalu mengambil dua kaleng susu kental manis.
"Udah Bu ini aja cukup,” katanya.
Giliran Nur Faizah terbengong melihat apa yang dilakukan sang pengamen karena hanya mengambil dua kaleng susu. Ia kemudian menceritakan pengamen itu hanya bisa menyeduhkan tiga gelas susu kental manis untuk dirinya, anaknya serta ibunya. Wanita pengamen itu bercerita dirinya tidak mempunyai uang untuk beli beras.
Mendengar cerita miris tersebut, Nur Faizah cukup tergetar hatinya. Pengamen itu kemudian menceritakan anaknya yang sedang digendong bernama Rizky. Ia berumur tujuh tahun dan memiliki kelainan tulang punggung bengkok hingga mengakibatkannya tidak bisa berjalan.
“Seminggu sekali kami ke dokter ortopedi di RSCM Bu buat kontrol,” cerita pengamen.
Menurut Nur Faizah, wanita pengamen itu bertempat tinggal di Klender. Selain mengamen, dirinya juga bekerja sepekan dua kali sebagai buruh cuci.
Tak kuasa melihat penderitaan dan kesedihan yang dirasakan, Nur Faizah lalu menambahkan dua kantong beras serta tiga kaleng sarden di keranjang belanjaan wanita pengamen. Ibu itu terlihat bingung ketika Nur Faizah mengambilkannya sarden.
“Saya nggak ngerti itu bukanya gimana Bu?“ tanya sang pengamen yang belakangan diketahui bernama Rima.
Mendengar pertanyaan itu, seketika hati Nur Faizah seperti tersambar geledek karena bagi Rima sarden sudah menjadi sebuah makanan mewah, sedangkan dirinya lebih sering menolak makanan itu.
Rima juga bercerita kepada Nur Faizah soal suaminya yang telah meninggal karena tertimpa mesin pabrik saat Rizky berumur empat tahun. Nur Faizah pun menawarkan sebuah minuman instan kotak untuk Rizky, namun ditolaknya.
Rima lebih memilih minuman instan bubuk karena selama ini Rizky lebih sering memgonsumsi minuman tersebut yang dibaginya bersama sang ibu. Alasannya tak lain karena takut jika nanti tidak ada lagi uang untuk membeli minuman instan cair saat Rizky lebih menyukai jenis minuman cair.
Nur Faizah semakin tersayat karena selama ini dirinya menghabiskan dua hingga tiga bungkus bungkus minuman instan untuk dirinya sendiri saat hujan, sementara Rima dan Rizky hanya satu bungkus minuman instan, itu pun dibagi dua.
Nur Faizah kemudian menawari Rima belanjaan lagi, namun ditolak karena dirasa sudah cukup. Semakin tak kuasa membendung air matanya karena sikap Rima, Nur Faizah kemudian menanyakan alamat rumah Rima dan dijawab di daerah Klender. Setiap Selasa, Rima harus menggendong Rizky dengan berjalan kaki jika tidak dapat tumpangan angkutan umum gratis dari Klender sampai RSCM.
Nur Faizah pun menawarkan stroller kepada Rima serta akan menjemput serta memberikan bingkisan kepada Rima dan Rizky tatkala akan berangkat menuju RSCM. (dd)
(redaksi)