Serba serbi

Survei Menunjukkan Kebiasaan Gosok Gigi Menurun Saat Pandemi Covid-19

Kesehatan

19 Maret 2021 15:35 WIB

Ilustrasi (Pixabay)

JAKARTA, solotrust.com - Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 memperlihatkan prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini masih sangat tinggi, yakni sekira 93 persen. Artinya hanya tujuh persen anak Indonesia bebas dari karies gigi.

Federation Dental International (FDI) dan WHO menargetkan usia lima hingga enam tahun setidaknya 50 persen harus bebas dari karies gigi di setiap negara. Banyak kebijakan pemerintah dilakukan untuk mencapai target itu seperti program internship, Nusantara Sehat yang mana penempatan tenaga kesehatan berbasis kepada tim yang disebar ke seluruh Indonesia, termasuk tenaga kesehatan gigi maupun tenaga kesehatan lainnya.



Head of Sustainable Living Beauty and Personal Care and Home Care, Unilever Indonesia Foundation, Ratu Mirah Afifah, mengatakan pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan besar terhadap rutinitas sehari-hari masyarakat di seluruh dunia. Penelitian terkini mengenai dampak pandemi pada kebiasaan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut masih terbatas.

Khusus di Indonesia, pihaknya melakukan survei kepada seribu responden berusia 18 tahun ke atas. Hasil survei menunjukkan sikap dan perilaku di masa pandemi ternyata tujuh dari sepuluh orang mengatakan, selama pandemi mereka lebih fokus pada kesehatan dan kesejahteraan menyeluruh.

''Terjadi peningkatan dari kebiasaan-kebiasaan, seperti makan makanan yang sehat, berolahraga, mengurangi merokok, dan mengurangi minum minuman beralkohol,'' kata Ratu Mirah Afifah dalam workshop Hari Kesehatan Oral Sedunia, digelar secara virtual, Kamis (18/03/2021), dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, kemkes.go.id.

Selain itu, dampak Covid-19 terhadap kebiasaan merawat gigi telah terjadi penurunan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari dibandingkan hasil survei 2018. Kebiasaan buruk meningkat selama di rumah, yakni dua dari lima orang dewasa mengaku tidak menyikat gigi seharian, dan ada tujuh dari sepuluh orang menghindari pergi ke dokter gigi.

Kebiasaan itu mudah ditiru anak-anak. Ia mengungkapkan, apabila orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari, anak-anak tujuh kali lebih memungkinkan untuk tidak menyikat gigi.

Sejak pandemi Covid-19, orang dua kali lebih sering mencuci tangan (64%) dibandingkan menyikat gigi (31%). Di samping itu juga sejak pandemi Covid-19, orang dua kali lebih sering menggunakan hand sanitizer (52%) dibandingkan menggunakan obat kumur (20%).

''Kebiasaan menjaga kesehatan tersebut tidak tercermin pada kebiasaan menyikat gigi. Sebagian besar orang mengaku telah mengabaikan kebiasaan menyikat gigi. Sembilan persen orang tua tidak menyikat gigi dua kali sehari, kemudian sebelas persen anak-anak tidak menyikat gigi dua kali sehari,'' ungkap Ratu Mirah Afifah.

Terdapat lima masalah gigi dan mulut sering dialami selama pandemi, antara lain mulut kering, bau mulut, gusi dan gigi berdarah saat menyikat gigi atau saat menggunakan benang gigi, kemudian nyeri pada gigi gusi atau mulut, dan adanya lubang pada gigi yang baru terbentuk.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Oscar Primadi, mengatakan pelayanan kesehatan gigi di tengah pandemi Covid-19 harus beradaptasi dengan menerapkan protokol kesehatan. Di Indonesia, dokter gigi ada 35.188 orang, dokter gigi spesialis 4.540 orang, serta terapis gigi dan mulut 19.600 orang.

Artinya satu dokter melayani 7.500 orang. Rasio sumber daya manusia (SDM) dokter gigi ini sudah mencukupi, namun masih ada persoalan dari sisi distribusi, mengingat di Indonesia terdapat beribu pulau dengan disparitas daerah tidak sama. Dengan jumlah dokter itu, pelayanan kesehatan gigi dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru harus dapat terlaksana .

''Perlu dilakukan penyesuaian dalam memberikan pelayanan sehari-hari, khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk dapat mengantisipasi penularan Covid-19,'' kata Oscar Primadi.

''Kita harus sehat, harus betul-betul mampu memproteksi diri sendiri dari ancaman penularan ini, sehingga dokter gigi dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, menjadi pelaku utama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan,'' tambah dia.

(redaksi)