Solotrust.com - Pidato kontestan kontes kecantikan jarang menjadi berita utama media massa. Namun, ketika Han Lay, Miss Grand Myanmar, angkat bicara di depan publik pekan lalu, menentang kekerasan militer negaranya, pidatonya seketika menjadi headline.
"Hari ini di negara saya Myanmar, banyak sekali orang yang sekarat," ujarnya di ajang Miss Grand International 2020 di Thailand.
"Tolong bantu Myanmar. Kami membutuhkan bantuan Anda. Ini sangat mendesak," tambahnya, dikutip dari BBC, Senin (05/04/2021).
Sebulan lalu, Han Lay ikut turun di jalanan Yangon, kota terbesar Myanmar, memprotes kudeta militer.
Kerusuhan di Myanmar dimulai dua bulan lalu ketika militer menguasai negara. Mereka membatalkan pemilihan umum yang berlangsung demokratis, di mana Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi menang telak.
Ketika puluhan ribu orang turun ke jalan di seluruh negeri memprotes kudeta, militer menggunakan meriam air untuk membubarkan massa. Setelah sepekan, respons militer meningkat dengan menembakkan peluru karet dan kemudian peluru tajam.
Hari paling mematikan terjadi Sabtu lalu, ketika lebih dari seratus orang tewas. Kelompok pemantau lokal menyebut jumlah keseluruhan korban tewas lebih dari 500 orang. Menurut Save the Children, 43 dari korban tewas adalah anak-anak.
Han Lay, seorang mahasiswi psikologi di Universitas Yangon, memutuskan menggunakan kontes kecantikan sebagai sarana untuk berbicara tentang Tanah Airnya di panggung internasional.
"Di Myanmar, wartawan ditahan, jadi saya memutuskan untuk angkat bicara," katanya kepada BBC dalam wawancara telepon dari Bangkok.
Han Lay kini merasa khawatir karena pidatonya yang berlangsung selama dua menit bisa membuatnya terlihat di radar militer. Wanita 22 tahun itu bilang, dia telah memutuskan untuk tetap tinggal di Thailand, setidaknya selama tiga bulan ke depan.
Han Lay mengaku, dia belum dihubungi pihak militer atau pejabat lain setelah pidatonya. Namun, dia mengatakan telah mendapat ancaman di akun media sosialnya.
"Di media sosial mereka mengancam saya, mengatakan ketika saya kembali ke Myanmar ... penjara menunggu saya," katanya.
Han Lay tak tahu siapa di balik pernyataan yang mengancam itu. Kendati demikian, sebagian besar komentar netizen di akun media sosialnya mendukung langkah tersebut.
Han Lay sebelumnya berencana mendaftar sebagai pramugari usai lulus kuliah. Namun dia bilang, kini dirinya tak yakin tentang jalan mana yang harus ditempuh. Beberapa orang telah mencoba membujuk Han Lay untuk terjung ke politik, namun dia mengaku tak terpikirkan untuk itu. Dirinya pun berencana untuk tetap menggunakan suaranya untuk berbicara tentang Myanmar.
"Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, itulah mengapa kami ingin PBB segera mengambil tindakan," kata Han Lay.
"Kami ingin pemimpin kami kembali dan kami ingin demokrasi sejati kembali," sambung dia.
Sementara itu, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP), sedikitnya 2500 orang telah ditangkap dalam penumpasan militer Myanmar. (and)
(end2021)