Solotrust.com - Sebuah studi baru dari Klinik Cleveland di Ohio telah menemukan bahwa orang yang pernah terpapar Covid-19 belum tentu mendapat manfaat dari vaksinasi.
Penelitian menunjukkan dari sejumlah besar petugas kesehatan, ada hampir nol kasus infeksi SARS-CoV-2 di antara mereka yang sebelumnya tertular virus dan tidak divaksinasi, sebelumnya tertular virus dan divaksinasi, serta tidak pernah tertular virus dan divaksinasi.
Namun, ada peningkatan stabil dalam kasus di antara orang tidak divaksinasi yang sebelumnya tak tertular SARS-CoV-2.
Menurut para peneliti, temuan menunjukkan infeksi alami memberikan kekebalan yang mirip dengan vaksinasi. Oleh karena itu, orang yang belum terinfeksi Covid-19 dapat diprioritaskan untuk divaksinasi.
Para ahli mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan berapa lama kekebalan bertahan setelah kasus Covid-19. Sementara beberapa spesialis penyakit menular merekomendasikan agar orang yang pernah terpapar Covid-19 tetap mendapatkan satu dosis vaksin.
Ada sebanyak 52.238 orang dilibatkan dalam penelitian ini. Dari 2.579 orang yang sebelumnya pernah terpapar Covid-19, 1.359 orang tidak divaksinasi. Sisanya 49.659 orang, sebelumnya tidak punya riwayat Covid-19, dan 22.777 di antaranya divaksinasi.
Objek pennelitian yang di-tracing dari Desember 2020 hingga Mei 2021, selama waktu itu tidak ada dari 2.579 orang yang pernah terpapar Covid-19 (termasuk 1.359 yang tetap tidak divaksinasi) tertular virus.
Menurut temuan, vaksinasi secara signifikan menurunkan risiko infeksi SARS-CoV-2 di antara orang-orang yang belum pernah terpapar Covid-19. Sebaliknya, kondisi ini belum tentu dialami oleh mereka yang pernah dinyatakan positif Covid-19.
Mengingat ketersediaan vaksin yang terbatas di beberapa negara, hasil penelitian ini menambah keyakinan bahwa vaksin harus diprioritaskan bagi mereka yang sebelumnya belum pernah terpapar Covid-19.
“Saya mungkin akan menyimpan dosis itu untuk yang tidak kebal, mereka yang belum pernah terinfeksi sebelumnya, dan kemudian kembali dan memutuskan apakah kita perlu mengimunisasi [orang yang sebelumnya terpapar Covid-19],” kata spesialis penyakit menular Universitas California San Francisco, Dr Monica Gandhi, dikutip dari Healthline, Minggu (13/06/2021). (and)
(redaksi)