JAKARTA, solotrust.com - Pemerintah menilai kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat pada 3 hingga 20 Juli 2021 dinilai krusial akibat melonjaknya kasus Covid-19 dan munculnya varian baru (Alpha, Beta, Delta, dan Kappa), diyakini lebih menular dan menimbulkan gejala berat pada pengidapnya.
Untuk itu, di masa PPKM Darurat ini, pemerintah memperkuat 3T (testing, tracing, treatment) dengan target positivity rate kurang dari lima persen serta tracing mengincar 15 pelacakan kontak erat. Selain itu, pemerintah juga melakukan percepatan vaksinasi.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan di masa pandemi Covid-19 diperlukan langkah-langkah dalam memutus rantai transmisi penyakit, salah satunya dengan pelacakan kontak (contact tracing).
“Bagi kasus terkonfirmasi positif harus menjalani karantina atau isolasi mandiri guna memutus rantai penyebaran,” ujarnya pada Dialog Produktif Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) yang ditayangkan di FMB9ID_IKP, tengah pekan ini.
Selama Juni 2021, peningkatan kasus Covid-19 tercatat jauh melebihi Desember 2020-Januari 2021.
“Angka positif harian saat ini mencapai 28 ribu hingga 30 ribu kasus yang sangat dimungkinkan disebabkan oleh varian Delta yang mendominasi Pulau Jawa. Penularan varian Delta sangat cepat, yaitu lima sampai delapan kali lebih menular dibanding varian asli dengan penularan 2,5 sampai tiga kali,” kata Nadia.
Sementara itu, Ketua Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Gunadi, mengatakan kemunculan Variant of Interest dan Variant of Concern dipengaruhi perilaku manusia sebagai inangnya.
“Pelanggaran prokes (protokol kesehatan), tidak divaksinasi, interaksi sosial yang sangat masif merupakan sarana kemunculan varian baru,” kata dia.
Menurutnya, berdasarkan genome sequencing, varian Delta ini menguasai 17,7 persen varian yang bertransmisi di Indonesia. Sementara varian Alpha dan Beta hanya di bawah dua persen. Jadi jelas eskalasi kasus Covid-19 di Indonesia dipicu varian Delta.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama, mengatakan saat ini kasus Covid-19 di DKI Jakarta ibarat fenomena gunung es. Varian Delta cepat menular dan menyebabkan angka rawat inap di rumah sakit tinggi di DKI Jakarta sehingga angka positif naik dua kali lipat.
“Berdasarkan Infection Fatality Rate yang mencapai setengah hingga satu persen, kemungkinan ada 1,1 hingga 2,3 juta orang telah terpapar Covid-19 di DKI Jakarta. Berdasarkan pengujian genome sequencing sekitar 3000 sampel di DKI Jakarta, sebelas persen di antaranya Variant of Concern, termasuk dalam hal ini varian Delta,” paparnya.
Gunadi menyebutkan, vaksin Covid-19 sejauh ini dapat melawan varian Delta. Riset terbaru dilakukan di Inggris menunjukkan efikasi vaksin dapat mencegah timbulnya gejala dan mencegah rawat inap di rumah sakit hingga lebih 90 persen.
Kemenkes mengimbau masyarakat tetap mendatangi sentra vaksinasi bagi yang sudah mendapatkan undangan atau melakukan pendaftaran online, meski di tengah PPKM Darurat.
“Selama PPKM Darurat, fasyankes (fasilitas layanan kesehatan) atau sentra vaksinasi tetap buka dan layani vaksinasi. Kunci utama saat datangi pos vaksinasi adalah protokol kesehatan (Prokes) yang ketat, hindari kerumunan. Usai vaksinasi sebaiknya masyarakat langsung pulang ke rumah,” pesan Nadia.
Sejauh ini Indonesia telah berhasil memvaksinasi 32,3 juta dosis pertama dan 14 juta dosis kedua dari target sasaran vaksinasi nasional 181,5 juta orang untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity).
“Vaksinasi efektif melawan varian virus Covid-19 yang bermutasi. Vaksinasi termasuk ikhtiar mencegah tertular Varian Of Concern. Tidak perlu pilih-pilih vaksin karena semua vaksin yang disetujui di Indonesia aman, halal, dan berkualitas,” ungkap Nadia. (rum)
(and_)