Hard News

Jokowi Sampaikan Pandangan Atasi Disrupsi Global

Global

1 November 2021 12:19 WIB

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Kanselir Jerman Angela Merkel saat menghadiri KTT G20 di La Nuvola, Italia. (Foto: Sekretariat Kabinet)

ROMA, solotrust.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut saat pandemi Covid-19, dampak disrupsi lebih terasa bagi negara berkembang.

Hal tersebut diungkapkan Jokowi saat menghadiri KTT Rantai Pasok Global disela-sela pelaksanaan KTT G-20 yang diselenggarakan di La Nuvola, Italia, Minggu (31/10).



"Di masa pandemi ini, kita saksikan terbatasnya akses negara berkembang pada vaksin, alat kesehatan, dan obat-obatan. Tugas kita semua adalah mewujudkan ekosistem rantai pasok global yang tangguh, diversified dan berkelanjutan, tidak hanya berdimensi dengan ekonomi saja, namun  juga pembangunan," ujar Jokowi sebagaimana dilansir laman resmi Sekretariat Kabinet.

Dalam kesempatan tersebut Presiden Jokowi juga mengungkapkan pandangannya berupa jangka pendek dan panjang untuk mengatasi ancaman krisis saat ini.

Untuk jangka pendek, ada dua hal yang harus dipastikan yang pertama yaitu reaktivitasi global termasuk mobilitas pelaku usaha dan tenaga kerja. Kedua, terus meningkatkan kapasitas dan kesempatan sektor swasta dalam mengakses rantai pasok global.

Sedangkan jangka panjang, Presiden Jokowi memandang ada tiga hal yang pertama penguatan infrastruktur logistik.

"Semua negara perlu mendukung investasi dan kerjasama teknologi guna memperkuat kapasitas dan sebaran infrastruktur logistik, terutama bagi negara berkembang," ucapnya.

Kedua, diverifikasi sumber pasokan melalui kerja sama investasi dan industri antarnegara serta penguatan arus perdagangan yang saling menguntungkan.

Terakhir, presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa risiko terbesar di jangka panjang adalah proteksionisme perdagangan yang berpotensi merusak rantai pasok global.

Jokowi menambahkan bahwa kita harus saling menghormati konteks nasional sesuai dengan prinsip hukum internasional.

"Kita harus bekerja sama dengan semangat, saling mendukung, bukan saling membatasi maupun mendorong kebijakan yang konstruktif dan tidak diskriminatif," imbuhnya. (athala)

(zend)

Berita Terkait

Berita Lainnya