Hard News

Toleransi Keberagaman Fondasi Penting Kota Solo Aman dan Kondusif

Jateng & DIY

28 Februari 2018 14:15 WIB

FGD dengan tema "Menjaga Toleransi Dalam Keberagaman Untuk Menjaga Kota Solo yang Aman dan Kondusif yang digelar di The Sunan Hotel, Rabu (28/2/2018). (solotrust-arum)

SOLO, solotrust.com - Menjelang tahun politik 2018-2019, Polresta Surakarta berupaya menjaga kondusivitas warganya. Salah satunya melalui acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di The Sunan Hotel, Rabu (28/2/2018) dengan tema "Menjaga Toleransi dalam Keberagaman untuk Menjaga Kota Solo yang Aman dan Kondusif."

Kapolresta Surakarta Kombes Pol Ribut Hari Wibowo menyatakan, polisi tidak bisa bekerja sendiri namun bersinergi dengan para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menciptakan Kota Solo yang aman dan kondusif. Hal itu dilakukan untuk memberi pemahaman pentingnya toleransi ke masyarakat.



"Tokoh agama dan tokoh masyarakat merupakan komponen penting untuk menciptakan kedamaian dan keamanan. Kita prinsipnya menggandeng semua pihak untuk menciptakan Kota Solo yang aman," paparnya di sela acara.

Menurutnya, sejauh ini kasus intoleransi di Kota Solo masih terhitung minim. Ia berharap, tidak akan ada lagi kasus-kasus demikian. Pihaknya mengimbau agar seluruh komponen masyarakaf menjaga keberagaman dan toleransi dengan menaati peraturan.

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al Muayad, M Dian Nafi' menilai Kota Solo pantas menjadi model peran keberhasilan dalam mengembangkan kota berbasis kearifan bermasyarakat dan berbangsa. Sebab dengan kemajemukan penduduknya, warga Solo telah belajar arti multi kulturalisme (agama, suku, ras, dan budaya).

"Menjaga kedamaian Kota Solo selalu menjadi agenda penting semua warganya. Sebab sangat baik bagi generasi penerus untuk belajar mengenai kepemimpinan baik pada tingkat kemasyarakatan maupun kebangsaan," ujar Dian Nafi'.

Sedangkan, dosen pasca sarjana Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Solo RUPD Amir Mahmud mengatakan konflik sosial seperti aksi kekerasan dan radikalisme melalui media elektronik dan cetak, demonstrasi, isu hingga tindak kejahatan teror, muncul sebab dari sila-sila Pancasila hanya jadi slogan kosong.

Pihaknya mengajak untuk mengoperasionalkan Pancasila secara aktif. "Indonesia bukan negara Arab, juga bukan negara Barat. Indonesia bukan negara agama. Melainkan Indonesia negara yang memiliki pandangan hidup yang mengakomodir seluruh keanekaragaman, suku, ras, budaya, dan agama," urainya. (arum)

(way)