Pend & Budaya

Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa HI Unisri Gelar Seminar Nasional, Diplomacy Course dan Table Manner

Pend & Budaya

3 Februari 2022 11:08 WIB

Unisri Solo menggelar Unisri School of Diplomacy secara daring, 2-3 Februari 2022. (Foto: Unisri)

SOLO, Solotrust.com - Himpunan Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional (Himahi) Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo menggelar Unisri School of Diplomacy secara daring dan luring, pada 2-3 Februari 2022 dan diikuti oleh mahasiswa semester 3.

Kegiatan yang diadakan di Swiss Bel-inn Saripetojo Hotel Solo ini terdiri dari tiga rangkaian acara yakni Seminar Nasional, Unisri Diplomatic Course (UDC) dan Table Manner dengan tema “The Future of Human Security in Southeast Asia”.



"Tujuan kegiatan ini untuk memberikan ilmu pengetahuan mengenai human security, melatih soft skills yang meliputi diplomasi, negosiasi, public speaking. Serta melatih tata cara makan secara formal dengan standar internasional," terang Ketua Pelaksana Sada Rhema El Shaddai, Rabu (2/2).

Dekan FISIP Buddy Riyanto dalam sambutannya menyampaikan, tema yang diangkat sangat apik, penting dan selaras dengan kehidupan yang penuh konflik. Sebab isu kemanusian menjadi suatu keprihatian bagi kita semua.

"Meski Indonesia belum menjadi negara yang kuat baik secara ekonomi atu militerny. Tapi, kekuatan diplomasi Indonesia kita lihat telah meningkat. walaupun banyak sistem yang membuat blok kekuatan tapi Indonesia berusaha untuk tetap mempertahankan visinya," papar Buddy.

Salah satu contohnya, dengan kasus Rohingya di negara Myanmar. Indonesia ikut andil dalam membantu dan menolong masyarakat Rohingya.

"Kami berharap dengan narasumber yang berkompeten dibidangnya dapat memberikan wawasan dan pengatahuan bagi seluruh mahasiswa sehingga bisa menjadi bekal ilmu untuk menjadi manusia yang lebih bijak lagi," harap Buddy.

Ketua Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Ganjar Widhiyoga menjelaskan seminar ini mengambil tema mengenai pengungsi Rohingya melalui dua sisi, yaitu dari lembaga sosial yang mempunyai kepedulian pada pengungsi dan dari sisi mantan diplomat Indonesia yang mempunyai kepedulian pada konflik wilayah.

"Sedangkan UDC merupakan kegiatan pertama yang dilaksanakan khusus untuk mahasiswa ilmu hubungan internasional (HI) angkatan 2020 dan angkatan sebelumnya yang belum mengikuti. Ini merupakan kegiatan untuk meperkenalkan dan melatih mahasiswa HI tentang bagaimana tata cara sidang model united nations," ungkap Ganjar.

Sidang UDC mengambil tema “The Future Human Security of Southeast Asia” dengan sub tema Vulnerability Area dan Forced Migration as a Threat, dengan studi kasus pengungsi Rohingya.

Adapun narasumber yang hadir adalah Rei Firdha Amalia  dari United Nations High Commisioner of Refugees (UNHCR) Indonesia dan Andhika Bambang Supeno selaku eks Minister Counselor Indonesia dan Founder dan CEO dari NGO The Centre for Territorial Disputes and Border Conflicts Studies (CTDBCS) 2016-2021.

Dalam kesempatan itu, Rei Amalia memaparkan konsep pengungsi dan pencari suaka disertai data di Indonesia serta pengungsi Rohingya di Aceh.

"Hak Asasi Manusia dimiliki oleh setiap orang terutama pada refugee baik hak legal secara internasional dan nasionaL. UNHCR memiliki tugas kewajiban, dan tantangan masalah refugees ini baik di internasional dan nasional," beber Rei Amalia.

Sedangkan Andhika Bambang Supena menjelaskan tentang kasus pengungsi yang menjadi trending global selama 10 tahun belakangan. Menurutnya, ada 4 faktor utama masalah human security dengan mengambil studi kasus yang pernah ia tangani di Manila, Filipina.

"Pertama politik. Kedua keamanan. Ketiga, gap of economic karena rendahnya Gross Domestic Product (GDP) atau menurunnya perekonomian negara. Keempat, sering terjadinya natural disaster akibat letak geografis di area Pasifik atau ring of fire," jelas Andhika. (rum)

(zend)

Berita Terkait

Berita Lainnya