SOLO, solotrust.com - Rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Solo yang akan membangun sentra industri kecil dan menengah (IKM) di lahan Pasar Mebel Gilingan, Banjarsari, Solo, dinilai tidak adil bagi pedagang yang saat ini masih menempati pasar tersebut. Terlebih, hingga hari ini Senin (15/2) para pedagang masih belum bisa menemui Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
“Kami nggak setuju, tetapi mereka terus memaksa, mereka mempersempit ruang gerak kami, dari awal sampai sekarang kami pengin ketemu Mas Wali, sampai sekarang belum ketemu,” terang salah satu pedagang, Nuning Suharti kepada Solotrust.com Selasa (15/2).
Nuning mengatakan, sudah 50 tahun para pedagang menempati Pasar Mebel Gilingan. Selama itu, diungkapkannya para pedagang membangun dan merawat Pasar Mebel Gilingan secara mandiri, termasuk saat Pasar Mebel Gilingan mengalami kebakaran tiga kali.
“Tempat ini, 50 tahun kami tinggal di sini, memang tanahnya milik pemerintah tapi bangunannya pedagang sendiri yang membangun. Dari tahun 1972 pedagang babat alas di sini. Suruh bayar berapa gitu, 35 rupiah, terus kami ngresiki dewe,” katanya.
“Kebakaran tiga kali apa dibantu pemerintah? Enggak,” imbuh Nuning.
Selama itu pula, Nuning mengatakan Pasar Mebel Gilingan telah menghidupi perekonomian bagi masyarakat sekitar. Terlebih, dikatakannya dahulu sebelum ditempati pedagang mebel, daerah sekitar Pasar Mebel Gilingan merupakan kawasan yang sepi.
“Secara tidak langsung pasar ini memberi kontribusi; memperkerjakan membuka lowongan, menggerakan ekonomi sekitar, lingkungan jadi rame. Dulu sepi, kata orang tua kami,” terangnya.
Merasa tak banyak dilibatkan
Setelah 50 tahun dirinya dan pedagang lain bahu-membahu membangun dan merawat pasar, Nuning meminta pemerintah memperhatikan nasib para pedagang ke depan; yang rencanannya sebagian besar akan direlokasi ke Bong Mojo.
“Sekarang setelah lima puluh tahun, manusiakan kami. Ini tanah mau diminta mbok diminta, tapi secara baik-baik. Kami kaget lho, pikiran kami pasar mau dibangun (IKM) pedagang bisa kembali di sini, tapi di sini ternyata buat ekspor-an,” tegas Nuning.
Nuning mengaku, pihaknya tak banyak dilibatkan dalam rencana pembangunan IKM dan relokasi sejumlah pedagang ke pasar baru di Bong Mojo. Di mana nantinya, Pemkot akan mengurasi 20 pedagang untuk tetap menempati IKM di Gilingan, sementara sisanya akan direlokasi ke Bong Mojo.
Nuning menyatakan tak mendapat sosialiasi yang transparan terkait 20 pedagang yang tetap akan menempati Pasar Mebel Gilingan tersebut
“kami tidak tahu siapa aja (yang lolos kurasi). Kami tidak tahu siapa yang mendaftar. Kenapa kok pemerintah tidak transparan. Katanya kurasi diseleksi,” kata Nuning.
Sehari sebelumnya pada Senin (14/2) sejumlah pedagang Pasar Mebel Gilingan sudah dipertemukan dengan Dinas Perdagangan (Disdag) Solo. Tetapi, Nuning menilai pertemuan itu janggal, dan hanya menghasilkan keputusan sepihak.
Bersama pedagang lain yang merasa aspirasinya tidak didengar, Nuning meminta Pemkot Solo melibatkan mereka dalam rencana pembangunan.
“Ternyata dalam pertemuan itu kami seakan-akan sudah dipaksa tanda tangan, pakai materai, keputusan mereka bikin IKM, “ terang Nuning.
“Libatkanlah kami pedagang kami dalam pembangunan, kami itu pelaku, ngerti,” tandasnya. (dks)
(zend)