SOLO, solotrust.com – Kota Solo memiliki beragam oleh-oleh yang nikmat dan khas. Namun, jika bosan dengan oleh-oleh yang itu-itu saja, Solotruster bisa mencoba Ledre Laweyan sebagai salah satu oleh-oleh yang memiliki cita rasa manis, empuk, serta gurih.
Ledre Laweyan terbuat dari olahan kelapa dan ketan dengan taburan sedikit garam. Ledre ini diolah dua kali, yakni dikukus terlebih dahulu selama setengah jam, untuk kemudian dipanggang dan dicetak di atas wajan dengan api medium selama kurang-lebih satu menit, serta diisi dengan beragam toping seperti pisang, keju, dan coklat.
Dari pengolahan ini pula yang membedakan Ledre Laweyan dengan ledre-ledre lain. Diungkapkan pemilik Ledre Laweyan, Susila, ledre lain biasanya diolah langsung dengan pemanggangan tanpa dikukus terlebih dahulu.
Sehingga menurut Susila, ledre buatannya memiliki ciri berbeda, yakni bertekstur lebih empuk dan rasa lebih matang.
“Kita untuk yang Ledre Laweyan masaknya itu lebih matang ketannya, lebih empuk gitu,” terang Susila saat disambangi di rumahnya Jumat (8/4) sore.
“Dulu (ledre kebanyakan) kan ketannya mentah, masaknya langsung dimasukan ke wajan (tanpa dikukus), jadi hasilnya agak keras,” bebernya.
Untuk isian, Susila mengungkapkan pihaknya hanya menggunakan pisang raja dengan tingkat kematangan tinggi. Pisang itu dipilih untuk mendapatkan cita rasa manis maksimal.
Selain itu, sebenarnya Susila juga berinovasi dengan toping-toping lain seperti coklat, keju, durian, hingga nangka. Namun menurutnya, ledre pisang raja menjadi ledre yang paling banyak dicari karena dinilai memiliki cita rasa yang khas.
“Terus mengembangkan kemarin ada telur, terus nangka, durian juga pernah. Cuma susah nyari kalau durian dan nangka bahannya kalau pesanan banyak. Setiap hari yang ada terus kan pisang, “ ucapnya.
“Pisang raja dipilih karena manis, dan itu yang paling matang. Kebanyakan pembeli juga yang toping pisang, soalnya kalau pakai cokelat, keju, itu cita rasa pisangnya agak hilang,” imbuh Susila.
Ledre ini juga dimasak tanpa menggunakan minyak dan gula. Rasa manis dihasilkan dari pisang, sementara minyak alami tercipta dari kelapanya.
“Ini nggak pakai minyak dan gula. Jadi gulanya kan dari pisang, untuk minyaknya dari kelapa itu,” jelasnya.
Sementara, Ledre Laweyan buatan Susila ini sudah ada sejak 1984, yang merupakan rintisan usaha ibunya, Sri Martini. Susilla meneruskan usaha tersebut sejak ibunya wafat 2019 silam, dan hingga kini ia masih mempertahankan ledre modifikasi resep ibunya.(dks)
()