SOLO, solotrust.com - Bank Indonesia (BI) meluncurkan empat program dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), Sabtu (03/09/2022). Program ini dilakukan guna mendukung pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengungkapkan alasan pentingnya pengendalian inflasi pangan. Hal pertama karena dunia sedang bergejolak sehingga suplai distribusi pasokan global menjadi terganggu.
"Dunia ini sedang bergejolak, Di Tiongkok masih lockdown sehingga suplai distribusi pasokan global terganggu. Belum lagi perang Rusia-Ukraina masih terjadi di mana Rusia dan Ukraina menjadi pemasok 20 persen energi dan pangan global," bebernya.
Alasan kedua, masih tingginya inflasi pangan. Pada semester 1 inflasi pangan mencapai 10,47 persen. Inflasi pangan berdampak langsung pada permasalahan sosial masyarakat. Adapun aalasan ketiga adalah seluruh pemangku kepentingan tidak membiarkan masyarakat sengsara.
GNPIP adalah deklarasi komitmen bersama pelaksanaan operasi pasar secara serentak untuk menjaga stabilitas harga pangan, Perluasan kerja sama perdagangan antardaerah, mendorong optimalisasi peran seluruh elemen masyarakat dalam pengendalian inflasi pangan melalui gerakan Urban Farming 77k.
Selain itu juga berkomitmen mendorong produktivitas dan ketersediaan pasokan pangan melalui penyaluran Program Sosial Bakti Indonesia (PSBI) dalam bentuk sarana dan prasarana digitalisasi dan modernisasi pertanian.
Keempat program itu dicanangkan untuk mengendalikan inflasi, mendorong kesejahteraan masyarakat, mencukupi kelangkaan pangan serta dapat meningkatkan kapasitas produksi untuk antisipasi gejolak ketahanan pangan.
Perry Warjiyo menegaskan kembali agar masyarakat dapat bersama hidup guyub rukun. Masyarakat diharapkan saling bersinergi mengatasi inflasi agar tidak terjadi seperti di negara Barat. Beberapa negara laju inflasinya tidak turun, suku bunga dikerek, dan perekonomian mengalami kekacauan yang ahirnya berimbas pada resesi.
"Di negara maju, bank sentral karena inflasinya tinggi menaikkan suku bunga, kemarin di Amerika menaikkan 0,75 persen, mungkin menaikkan lagi. Di berbagai negara lainnya karena tidak ada alat lain hanya suku bunga yang dikerek. Setelah suku bunga dikerek, inflasinya nggak turun, ekonominya rusak sehingga itu yang kita sebut dunia sedang mengalami risiko stagflasi, inflasinya tidak turun-turun, meskipun suku bunganya dinaikkan, pertumbuhan ekonominya malah rusak atau turun," urai Perry Warjiyo
"Amerika yang pernah 5,2 persen, tahun ini sudah 2,2 persen. Eropa, demikian juga sejumlah negara mengalami risiko resesi, inflasinya tidak turun-turun, pertumbuhan ekonominya juga turun, yang rugi tentunya rakyat," imbuhnya.
Anggota Komisi XI DPR RI, Dolfie OFP, menambahkan inflasi ini mencakup beberapa faktor, di antaranya produksi, distribusi, dan konsumsi. Di sisi faktor produksi perlu adanya penguatan.
"Selama tiga tahun produksi beras kita stabil di atas 30 juta ton per tahun, sementara dibutuhkan kira-kira 25 ton per tahun siklus swasembada beras. Kondisi swasembada beras ini, kita masih mengimpor beras khusus untuk kepentingan bisnis restoran Jepang dan Korea, tapi untuk beras konsumsi tiga tahun ini kita sudah tidak impor. Itulah hasil kerja sama kita dalam memperkuat produksi nasional di bidang pangan," papar Dolfie OFP.
"Mengatasi jalur produksinya, distribusi, sampai kepada konsumen inilah yang perlu kerja sama dari seluruh stakeholder, kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan," tambahnya.
Dolfie OFP menyambut baik upaya-upaya Bank Indonesia melalui PSB untuk memperkuat sektor pertanian, baik dalam bentuk penyediaan bibit, teknologi pengolahan pertanian, dan teknik pengolahan di sektor pertanian lainnya. Hal itu merupakan bentuk upaya untuk membangun ketahanan pangan menuju kedaulatan pangan.
Sementara itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menyatakan perlunya beberapa upaya guna mengantisipasi inflasi tinggi, salahs atunya operasi pasar.
"Mengantisipasi inflasi, kita sediakan bantalan-bantalannya biar nanti harga-harga di pasaran tidak kaget. Kita mengadakan operasi pasar, para pedagang juga konsisten laporan pada saya mengenai harga-harga yang tinggi dan langka," kata dia. (Rka/Ltf)
(and_)