SOLO, solotrust.com – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Solo menggelar peringatan Hari Santri dan satu abad organisasi di Pura Mangkunegaran pada Sabtu hingga Minggu (26-27/11/2022). Kegiatan ini sekaligus sebagai sarana introspeksi diri dan pembelajaran untuk lebih kreatif.
Sebagaimana dikatakan Ketua PCNU Solo, KH Mashuri, acara bertemakan “Santri yang Bermartabat, Santri yang Berkompetensi” ini sebagai sarana introspeksi diri dan pembelajaran untuk lebih kreatif di luar bidang keagamaan.
“Santri harus mempunyai diferensiasi, harus mempunyai kompetensi yang jelas, tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi tentunya di dalam bidang ilmu umum yang siap untuk ditanding dengan siapa pun dan kelompok mana pun, Hari ini santri mempunyai diferensiasi bahwa santri kaum sarungan mempunyai sikap yang sederhana, tetapi mempunyai pemikiran dan kinerja yang istimewa,” ujarnya saat memberikan sambutan acara.
NU yang kini telah menginjak usia satu abad, kata KH Mashuri, perlu adanya pembenahan diri dengan konsep sawwuu shufuufakum (rapatkan dan luruskan barisan-red) harus lebih diperkuat sehingga NU tidak mudah untuk di pecah belah.
“NU adalah satu, tidak ada garis lurus, bengkok-bengkok, putus putus. Nahdlatul Ulama ini adalah satu, kita harus solid, kita harus kempel, jangan sampai mau untuk diberikan pragmatis yang hanya memecah belah kita semuanya,” ujar KH Mashuri.
“Para pegurus yang hadir pada pagi hari ini, tolong didengarkan dengan baik konsep sawwuu shufuufakum adalah rapatkan barisan. Kita akan menghadapi tahun politik pesta demokrasi, bukan selek demokrasi, di situ butuh kedewasaan sikap. Kedewasaan sikap terlahir dari tiga kecerdasan, yaitu intelektual, spiritual, dan kecerdasan emosional,” lanjut dia
KH Mashuri lebih jauh menyampaikan dalam pemilihan umum (Pemilu) mendatang diharapkan para anggota NU lebih solid dan lebih bijak dalam memilih pemimpin yang sesuai untuk kemajuan Indonesia.
“Sebentar lagi kita akan pemilu serentak, baik di tingkat kota, provinsi maupun negara. Mari kita nilai secara akidah apakah berhaluan moderat atau tidak, membawa kepentingan untuk kemaslahatan atau tidak. Hari ini kita loyal terhadap negara bukan berarti loyal berbasis kebodohan, namun berbasis kecerdasan dan kesejahteraan,” tukasnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa mengapresiasi acara yang diselenggarakan PCNU. Kegiatan ini menurutnya sebagai makna pembelajaran keagamaan NU, bukan pembelajaran kolot, namun juga fleksibel dalam kategori apa pun.
“Lima sampai sepuluh tahun yang lalu PCNU jarang mengadakan seperti ini. Hari ini bisa kolaborasi dengan pihak swasta, pemkot (pemerintah kota), TNI, Polri, ternyata bisa melaksanakan itu,” kata Teguh Prakosa.
“Ini contoh konkret bahwa NU itu tradisonal, terus tidak bisa mengikuti zaman, tidak. Hari ini membuktikan bahwa NU bisa mengikuti pada zamannya, tentunya lebih mengutamakan kemaslahatan untuk masyarakat luas. Saya kira kami dari pemkot akan mengerahkan aparatur, BUMN, BUMD untuk mendukung temen-temen NU,” sambung dia. (ibn)
(and_)