SOLO, solotrust.com - Tahun kedua masa kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota Solo dengan Teguh Prakosa atau di 2022 mendapat nilai 96 persen dari masyarakat setempat.
Angka ini didapat dari hasil survei dilakukan Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP) Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo. Mereka merilis hasil survei indeks kepuasan masyarakat (IKM).
Survei ini melibatkan 560 koresponden dilakukan dalam rentang waktu 1 hingga 10 Februari 2023. Hasilnya, tingkat kepuasan masyarakat Solo terhadap kinerja Gibran-Teguh mencapai 96 persen dengan kategori "memuaskan". Capaian ini meningkat sebesar dua persen bila dibandingkan tahun sebelumnya dengan angka 94 persen.
Ketua Prodi MAP Unisri Solo, Suwardi, mengungkapkan kepuasan kinerja Gibran Rakabuming naik dua persen dibandingkan tahun lalu.
"Kalau tahun lalu pasangan Gibran-Teguh mendapat nilai 94 persen, kali ini mereka mendapat angka 96 persen," ungkapnya, Rabu (15/02/2023).
Suwardi menyebut, ada tujuh aspek apresiasi capaian kinerja dari data persepsi, yakni kualitas pelayanan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, pengelolaan isu keamanan, pengaturan lalu lintas, pengaturan pedagang kaki lima, responsivitas pemkot atas persolanan warga, keberpihakan pemkot pada keluarga prasejahtera, kebijakan pemerintah kota untuk mendorong perekonomian melalui pembangunan infrastruktur perkotaan, dan penyelenggaraan berbagai perhelatan hingga skala internasional.
Di bidang infrastruktur membuat Gibran Rakabuming mendapat rapor baik.
"Faktanya bisa kita lihat, Masjid (Raya) Sheikh Zayed, PLTSA Putri Cempo, Flyover Joglo hingga Solo Safari itu juga sangat luar biasa," urai Suwardi.
Tak menampik, menurut Suwardi, kesuksesan Gibran Rakabuming tak terlepas dari sosoknya yang merupakan putra Presiden RI Joko Widodo. Faktor selanjutnya, kesuksesan wali kota dilihat dari penyelesaian berbagai persoalan di Solo, salah satunya konflik Keraton Kasunanan Surakarta yang terjadi menahun.
"Coba kalau misal tidak di-backup oleh presiden. Lama lho konflik Keraton Surakarta itu," katanya.
Kendati demikian, Suwardi menegaskan, keberadaan Gibran Rakabuming merupakan putra presiden bukan menjadi faktor utama keberhasilannya. Menurutnya, Gibran Rakabuming juga memiliki manajerial baik dan visi bagus.
"Nggak bisa dikatakan begitu (faktor utama kesuksesan karena putra presiden). Kalau putra presiden, tapi posisinya lemah ya nggak ada artinya. Kemampuan negosiasi lemah juga tidak ada artinya," kata Suwardi.
Pihaknya juga membandingkan penilaian kinerja kepemimpinan Gibran-Teguh dengan pendahulunya, FX Hadi Rudyatmo-Achmad Purnomo. Hasilnya, Gibran-Teguh mendapat nilai jauh lebih tinggi dengan angka 76,80 persen, sedangkan Rudy-Achmad memperoleh angka 12,30 persen.
"Dosen ini pemikirannya agak liar sehingga kalau berpikir soal etis, itu sangat normatif, makanya ini jadi dasar saya membandingkan kepemimpinan Mas Gibran dan Pak Rudy," tukas Suwardi. (riz)
(and_)