Pend & Budaya

ISI Surakarta dan Ekos Dance Company Siapkan Garda the Musical 24 Jam Menari

Pend & Budaya

13 April 2023 10:51 WIB

Institut Seni (ISI) Surakarta berkolaborasi dengan Ekos Dance Company Solo mempersiapkan Garda the Musical, sebuah pertunjukan musik dan tari 24 Jam Menari. (Foto: Dok. solotrust.com/Tria Oktafiana)

SOLO, solotrust.com - Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta berkolaborasi dengan Ekos Dance Company Solo mempersiapkan Garda the Musical, sebuah pertunjukan musik dan tari 24 Jam Menari. Kegiatan dalam rangka memperingati World Dance Day ke-17 ini didukung mahasiswa ISI Surakarta serta tiga artis multitalenta, yakni Dwi Sasono, Widi Mulia, dan Beyon Destiano. 

Menurut direktur artistik dan sutradara pertunjukan, Eko Supriyanto, acara ini cukup spesial lantaran melibatkan sejumlah mahasiswa aktif ISI Surakarta dari berbagai jurusan.



“Hal yang menjadi lebih spesial tahun ini karena kami akan membuat karya besar yang diikuti oleh mahasiswa aktif ISI Surakarta, baik dari Jurusan Tari, Pedalangan, Seni Kriya, Teater, Televisi, dan DKV, semuanya membuat karya bareng yang kami beri judul Garda," ungkapnya.

Pertunjukan musik dan tari 24 Jam Menari akan digelar 29 April 2023 pukul 06.00 WIB hingga 06.00 WIB pada 30 April 2023.

Adapun jumlah peserta yang telah terdaftar lebih dari 150 kelompok dari berbagai wilayah di Indonesia dan satu dari Malaysia. Mereka akan dipergelarkan secara bergantian di lima venue selama 24 jam nonstop.


Agenda World Dance Day 2023 bertambah istimewa dengan menghadirkan dua karya pada pertunjukan primetime, yakni Garda the Musical karya Eko Supriyanto dan Pergelaran 4 Keraton turunan Kerajaan Mataram yang ada di Jawa, yaitu Kasunanan Surakarta, Kasunanan Yogyakarta, dan Pura Pakualam Yogyakarta. 

Garda adalah padanan dari garuda, seekor burung pemberani yang kemudian diangkat para pendiri bangsa menjadi lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Garuda menurut mitos Hindu adalah kendaraan Dewa Wisnu. Burung Garuda sangat mirip dengan Elang Jawa.

Karya ini terilhami kehidupan dunia burung yang ada di Nusantara. Gagasan garap karya ini adalah 'memanusiakan' burung, artinya manusia tidak meniru seperti burung, namun memberi nilai kepada karakter-karakter burung untuk menyuarakan kemanusiaan.

Garda sebagai wujud kebijaksanaan mengelola harmonisasi alam, dengan ‘pusaka’ cahaya delima, menyingkirkan kejahatan.

Kisah ini diawali tokoh ibu (diperankan Widi Mulia) yang kehilangan anaknya, Jenar. Jenar (burung kenari) sedang melakukan perjalanan dan pencarian, termotivasi menjadi tokoh Garda yang pemberani, perkasa, dan bijaksana.

Ia bermimpi mendapatkan pusaka cahaya delima dan seketika dapat berubah menjadi Garda. Pusaka cahaya delima adalah sebuah idiom tentang ilmu pengetahuan.

Semua orang dapat memiliki cahaya delima dengan belajar keras dan tekun serta memiliki keinginan kuat untuk memahami dan mengamalkan pengetahuan. Kata Delima adalah personifikasi dari lima sila Pancasila. Perjalanan Jenar tidak mudah, bahkan tertangkap Bargota (burung gagak) dan kemudian diselamatkan Garda.


Penulis naskah dan sutradara drama, Hanindawan, mengungkapkan pesan yang ingin disampaikan pada pertunjukan kali ini adalah berkumpulnya ibu dan anak.

"Masing-masing adalah pusaka itu sendiri, tidak terpisahkan oleh ego dan ambisi. Demikian pula dengan ilmu pengetahuan yang tidak dapat diperoleh secara instan, tetapi harus dilakukan dengan usaha dan kerja keras,” ujarnya.

Pertunjukan ini merupakan hasil kerja sama Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Surakarta dengan Ekos Dance Company Solo. Acara juga didukung penari dan aktor mahasiswa dari dua fakultas, FSP dan FSRD ISI Surakarta serta diperkuat tiga artis multitalenta, yakni Dwi Sasono, Widi Mulia, dan Beyon Destiano.

Pertunjukan ini juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), ISI Surakarta, BCA, iForte, BPIP, Sepatu KANKY, dan Sapu Jagad Squat. 

Sejumlah tokoh seni juga turut terlibat di dalamnya, yakni Eko Supendi dan R Danang Cahyo W (koreografer), Gondrong Gunarto (penata musik), Agus Sunandar dan Erika Dian (penata kostum), serta Alim Jeni (penata lampu).

*) Reporter: Tria Oktafiana

(and_)