BOYOLALI, solotrust.com – Jumlah anak usia di bawah lima tahun (Balita) mengalami gizi kurang dan gizi buruk (wasting) di Kabupaten Boyolali sebanyak 2.783.
Terkait penurunan angka stunting, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Boyolali menggelar rapat koordinasi (Rakor) dengan kepala organisasi perangkat daerah (OPD) dan para pemangku kepentingan di aula Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP3D), Senin (18/12/2023).
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Boyolali, Wahyu Irawan menyampaikan, penanganan kasus stunting memerlukan surveilan data rutin pengukuran antropometri sebagai basis data untuk tindak lanjut penanganan kasus.
Selain membantu menyeleksi kasus stunting, data itu juga diperlukan untuk jalur konsultasi dan koordinasi antarunsur pengambilan kebijakan, pelaksana program, dan kegiatan bersama para pakar atau dokter spesialis.
“Pengumpulan satu data antropometri tersebut diperlukan kerja sama lintas program dan lintas sektor sebagai data dasar penguatan deteksi dini dan intervensi yang tepat, secara berkesinambungan dari unsur camat, desa, puskesmas, posyandu beserta kader-kader pendamping keluarga," katanya.
Permasalahan stunting disebabkan berbagai macam faktor (multifaktorial), sehingga diperlukan intervensi secara spesifik, sifatnya langsung kepada sasaran. Selain itu juga diperlukan intervensi sensitif yang sifatnya tidak langsung kepada sasaran.
Disebutkan Wahyu Irawan, menurut data elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) per tanggal 15 pengukuran November, jumlah balita stunting di Boyolali ada 4461 atau 7,7 persen.
Jumlah balita gizi kurang dan gizi buruk (wasting) sebanyak 2.783, serta komposit data stunting dan wasting (irisan) sejumlah 522.
Selanjutnya, jumlah sasaran balita (S) sebanyak 67.171 dan jumlah balita dilakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan (D) adalah 57.327, sehingga jumlah datang dan ditimbang dibagi seluruh sasaran balita (D/S) sebesar 85,3 persen.
Sesuai rincian ini diperlukan pengawasan terkait validasi data dasar antropometri balita agar diperoleh data tepat dan akurat. Peran kader posyandu dan bidan desa serta ahli gizi puskesmas sangat penting dalam proses pengumpulan data.
“Adanya satu data antropometri balita akurat akan menjadi pegangan bagi seluruh pihak dalam melakukan intervensi yang tepat sesuai tugas dan wewenang masing-masing perangkat daerah. Hal ini juga sebagai wujud komitmen pemerintah Kabupaten Boyolali dalam melaksanakan konvergensi penurunan stunting," tukas Wahyu Irawan. (jaka)
(and_)