Hard News

KPTS Ajak Polantas Evaluasi Keselamatan Pejalan Kaki di Simpang Lima

Jateng & DIY

12 Januari 2024 20:01 WIB

Komunitas Peduli Transportasi Kota Semarang (KPTS) bersama Polantas Simpang Lima Semarang berjalan mengevaluasi sarana bagi pejalan kaki beberapa waktu lalu

SEMARANG, solotrust.com - Komunitas Peduli Transportasi Kota Semarang (KPTS) mengajak petugas polisi lalu lintas (Polantas) berjalan kaki di sekitar Simpang Lima Semarang.

Komunitas itu ingin petugas kepolisian bersama pejalan kaki di sekitar Simpang Lima bisa melihat langsung dan mengevaluasi keselamatan pejalan kaki di area yang menjadi magnet warga Kota Semarang.



Founder Komunitas Peduli Transportasi Kota Semarang (KPTS), Theresia Tarigan, menjelaskan area Simpang Lima memiliki halte Trans Semarang, mal, food court, masjid. Dirinya berharap masyarakat tetap aman ketika berada di keramaian menikmati fasilitas umum di area tersebut, apalagi bagi penyeberang jalan. Keamanan dan kenyamanan menjadi sesuatu yang harus difasilitasi.

"Amankah menyeberang di Simpang Lima? Secara data yang terdaftar di kantor pos polisi di Simpang Lima tidak ada data kejadian pejalan kaki ditabrak di area ini, tetapi saya pribadi selalu merasa was-was saat menyeberang. Kadang kala saya saat mengendarai mobil mengalami kesulitan menghentikan mobil untuk memberi kesempatan penyeberang lewat," ujar Theresia Tarigan.

Dirinya bersama komunitas akan mengupayakan fasilitas bagi disabilitas. KPTS menggandeng akademisi melakukan upaya meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menyediakan trotoar bagi pejalan kaki.

"Desakan kami cukup efektif dan mendapat respons positif dari wali kota saat itu Pak Hendrar Prihadi. Kota kita lebih dulu mempunyai trotoar dibandingkan kota-kota lain, trotoar semakin banyak dan baik kualitasnya. Hanya memang trotoar ini masih terutama di pusat kota belum menjangkau jalan-jalan menuju permukiman," ungkap Theresia Tarigan.

Dirinya mengajak jalan kaki dan naik bersama masyarakat peduli keselamatan transportasi lainnya. Theresia Tarigan menceritakan ada warga Belanda berjalan-jalan di area Simpang Lima bersama anaknya.

"Anaknya hampir ditabrak mobil saat dari mal Citraland menyeberang ke Lapangan Pancasila. Beliau tidak ingin hal ini terjadi pada anak-anak lain maupun orang dewasa atau lanjut usia (Lansia)," sesalnya.

Pada 9 Januari 2024 lalu berkumpul di halte Trans Semarang Simpang Lima untuk mencoba menyeberang ke arah Lapangan Pancasila.

"Saya mempunyai grup ibu-ibu yang biasa ngebis bareng, yaitu Bu Nani, Bu Ninik, Bu Maya, dan Agnes untuk bersama Mr Richard ke pos polisi Simpang Lima. Kami diterima oleh Pak Yongki dan menuliskan tujuan kami agar area ini aman bagi pejalan kaki," jelas Theresia Tarigan.

Bersama petugas kepolisian, ia dengan temannya berjalan kaki. Theresia Tarigan lalu diarahkan mencari titik aman menyeberang. Dirasa sudah berada di titik tepat, ternyata masih menunggu waktu cukup lama untuk melintasi jalan raya.

"Kami juga menyeberang dengan menunggu waktu yang aman dengan mengangkat tangan kanan lurus ke atas di ujung zebra cross. Sayangnya zebra cross di area Simpang Lima tidak dicat segera setelah pengaspalan. Sebaiknya ini segera dilakukan setelah pengaspalan, fasilitas zebra cross dengan traffic light dan jembatan penyeberangan orang (JPO) yang memiliki lift sudah banyak di Kota Surabaya," paparnya.

Theresia Tarigan berharap keselamatan pejalan kaki harus diupayakan pemerintah kota. Pejalan kaki juga terus diimbau agar berperilaku hati-hati. Begitu pun pengendara melintas harus  membatasi kecepatan dan memberi prioritas pada pejalan kaki.

Untuk itu, pemerintah harus membangun prasarana terbaik bagi pelaku perjalanan kaki. Paling tinggi harkatnya, yakni pejalan kaki.

"Dengan kebersamaan dan komitmen semua pihak, maka tugas polisi lalu lintas juga akan semakin mudah dan efektif," tandasnya. (fjr)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya