Hard News

Pemkot Semarang Kenalkan Hasil Riset BRIN, Petasol Pengganti Biosolar

Jateng & DIY

4 Juni 2024 13:37 WIB

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu merilis hasil penelitian Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) yang akan diterapkan di Kota Semarang, yakni bahan bakar minyak (BBM) setara biosolar bernama Petasol, baru-baru ini

SEMARANG, solotrust.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang kembali merilis hasil penelitian Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) yang akan diterapkan di wilayah setempat, yakni bahan bakar minyak (BBM) setara biosolar bernama Petasol. 
 
Petasol merupakan bahan bakar minyak setara biosolar berasal dari sampah plastik. Menggunakan teknologi Faspol 5.0, ini merupakan inovasi mesin fast pyrolosis yang mampu mengolah sampah plastik menjadi energi baru berupa bahan bakal Petasol.
 
Peneliti Ahli Utama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Organisasi Energi dan Manufaktur, Tri Martini Patria mengatakan, inovasi teknologi ini hasil kerja sama dari akar rumput Bank Sampah Banjarnegara dengan BRIN. 
 
"Jadi di BRIN, ada satu skema untuk mengangkat inovasi anak bangsa yang bukan hanya dari peneliti di BRIN. Ini boleh siapa saja, artinya masyarakat di Indonesia itu boleh punya inovasi dan kemudian diuji risetnya melalui BRIN. Salah satunya Faspol 5.0 yang produknya bernama Petasol," kata Tri Martini Patria di Balai Kota Semarang, beberapa waktu lalu. 
 
Alat ini bisa menghasilkan produk berupa bahan bakar minyak setara biosolar yang digunakan untuk mesin diesel. 
 
"Faspol ini karena berbahan dasar minyak sehingga kami memberi nama Petasol. Petasol ini adalah bahan bakar yang dihasilkan dari sampah plastik," jelas Tri Martini Patria.
 
Adapun pengolahannya, bahan bakar sampah plastik diolah dengan sistem pembakaran minim emisi. Klasifikasinya sampah plastik residu yang biasanya terbawa aliran air, sungai, sentra produksi padi, seperti bungkus plastik kresek, sachetan. 
 
Menurut Tri Martini Patria, teknologi ini penting diterapkan di Kota Semarang pasalnya Ibu Kota Jawa Tengah memiliki karakteristik unik. Semarang memiliki wilayah pesisir dan pegunungan sehingga siklus sampahnya sangat cepat dari pegunungan masuk ke sungai, selanjutnya bermuara ke laut. 
 
"Semarang ini karakteristiknya unik ya, ada wilayah pegunungan, ada pesisir, ada lautnya juga. Jadi siklus sampahnya sangat cepat juga dari pegunungan masuk ke sungai lalu dari sungai masuk ke laut," paparnya. 
 
Tri Martini Patria telah melakukan riset di Kecamatan Tugu, tepatnya wilayah Mangkang Wetan. Ternyata sampah plastik atau bahan baku ini sudah sampai di pinggir pantai.
 
"Ini yang ingin sekali pemerintah Kota Semarang atasi dan fokuskan, yaitu untuk mengubah limbah menjadi energi berupa bahan bakar minyak," beber Tri Martini Patria.
 
"Mudah mudahan bisa direplikasi, utamanya penggunaan bahan bakar untuk mesin diesel. Seperti petani menggerakkan hand traktor, menggerakkan combine hardvester, menggerakan mesin pemotong rumput yang membutuhkan bahan bakar setara solar," lanjut dia. 
 
Mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar setara solar diyakini akan membawa manfaat bagi petani dan nelayan. 
 
"Seperti kata bu wali kota. Tidak perlu menyediakan barcode untuk beli solar di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), tapi bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Ini konsep ekonomi circular yang kita kembangkan," papar Tri Martini Patria.
 
Senada, inisiator Bank Sampah Banjarnegara, Budi Trisno Aji mengatakan, teknologi Faspol ini berawal dari kerja sama dengan BRIN. 
 
"Awalnya, kami hanya mampu mengolah 50 kg sampah plastik dan menghasilkan 50 liter BBM Petasol. Sekarang sudah bisa mengolah 400 kg sampah dan menghasilkan 400 liter per hari," ungkapnya. 
 
Budi Trisno Aji mengaku teknologi tersebut diterapkan di satu kawasan Bank Sampah dikelola warga secara mandiri. Bank Sampah berlokasi di Jalan Karangjambe RT 02/02, Kasilib, Kasalib, Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. 
 
"Petasol yang kami hasilkan dari sampah plastik itu digunakan masyarakat sekitar, petani untuk gilingan padi, traktor dan yang lain itu lewat komunitas bank sampah," imbuhnya. 
 
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyambut baik inovasi BBM setara biosolar dari sampah plastik. Wanita akrab disapa Mbak Ita menyebut akan mengimplementasikan hasil riset BRIN ini sebagai upaya mengurangi sampah plastik.
 
"Pengolahan sampah plastik menjadi BBM ini sangat luar biasa. Selain kita bisa membantu petani untuk pertanian juga bisa membantu sebagai bahan bakar kapal-kapal para nelayan," kata Mbak Ita. 
 
Ia berencana menggerakkan masyarakat melalui Bank Sampah untuk mewujudkan Semarang bebas sampah. Caranya, dimulai dari pilah pilih sampah rumah tangga. 
 
Sampah basah bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik maupun ecoenzym. Sementara sampah plastik bisa diolah dengan teknologi Faspol menjadi BBM Petasol. 
 
"Bisa masuk e-catalog dan nantinya akan kita bagikan kepada Bank Sampah atau masyarakat yang daerahnya memiliki banyak sampah. Itu BBM-nya bisa langsung dimanfaatkan petani untuk traktor, mesin pemotong rumput. Minimal bisa mengurangi biaya, sehingga masyarakat, khususnya petani dan nelayan bisa sejahtera," terang wali kota. (fjr)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya