Solotrust.com - Kita lihat pada era media sosial saat ini sering kali orang-orang memamerkan kekayaan dan kemewahan lewat akun media sosial pribadi mereka. Di balik itu, tren ‘Quiet Luxury’ muncul sebagai angin segar.
Gaya hidup ini menawarkan kemewahan secara lebih halus, jauh dari kata menyolok dan sorotan publik. Bukan tentang seberapa banyak kemewahan dimiliki, melainkan tentang bagaimana cara menikmati kualitas hidup dengan cara tenang agar terlihat sedikit lebih elegan.
Mulai dari pakaian dengan potongan sederhana dari bahan premium hingga liburan di tempat-tempat eksklusif jauh dari keramaian. Quiet Luxury mencerminkan kekayaan lebih fokus pada pengalaman personal dan kenyamanan daripada pengakuan orang lain.
Tanpa perlu memamerkan status sosial, tren ini mengedepankan kesederhanaan yang bermakna, di mana kemewahan hadir dalam keheningan. Banyak pengamat menganggap gaya ini menjadi respons terhadap era media sosial penuh dengan tipu daya pamer kekayaan.
Tren Quit Luxury mengisyaratkan kualitas dan pengalaman menjadi lebih penting dibandingkan hanya sekadar memamerkannya di media sosial hanya untuk pengakuan atau mendapatkan validasi dari orang lain.
Beberapa selebritas dan pebisnis mulai mengikuti tren ini. Mereka memilih gaya hidup tenang, namun tetap mewah tanpa sorotan berlebihan. Fenomena ini sangat memicu pergeseran paradigma seseorang dalam mengekspresikan kekayaan pada status sosial, khususnya di era digital saat ini.
Tren Quit Luxury mengingatkan kita kemewahan tidak harus ditunjukkan agar seluruh dunia tahu. Dalam keheningan dan kesederhanaan, tersembunyi sebuah nilai jauh lebih berharga daripada sekadar dipamerkan.
Di tengah hiruk-pikuk media sosial, mungkin sudah waktunya kita untuk beralih pada gaya hidup dapat menghargai kualitas tanpa perlu sorotan. Keindahan dapat kita temukan dalam detail lebih halus dan elegansi yang tidak terburu-buru untuk diakui publik. (Rimadhiana)
(and_)