BOYOLALI, solotrust.com - Warga dari 15 desa di lereng Gunung Merapi-Merbabu, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali menggelar tradisi grebeg sadranan, Minggu (09/02/2025) di Alun-alun Pancasila. Kegiatan ini merupakan pembukaan tradisi sadranan secara turun-temurun setiap menjelang Ramadan atau Ruwah dalam bulan penanggalan Jawa.
Prosesi grebeg sadranan dilakukan warga dengan jalan kaki, arak-arakan. Mereka membawa tenong berisi berbagai makanan lengkap dengan lauk pauk. Tak hanya itu, warga juga mengkirab sembilan tumpeng berukuran besar terbuat dari berbagai macam hasil bumi berupa buah-buahan dan sayur mayur. Arak-arakan diawali dari jalan desa menuju Alun-alun Pancasila Cepogo.
Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, Dwi Adi Agung Nugroho yang hadir dalam acara itu mengatakan, sadranan merupakan salah satu tradisi turun-temurun di Boyolali yang perlu dilestarikan. Tradisi ini dapat menjadi destinasi wisata dari sisi religi dan budaya.
"Ini untuk mengajarkan kepada generasi selanjutnya agar tak lupa budaya leluhur kita," kata dia.
Sementara itu, Camat Cepogo, Dwi Sundarto mengatakan, tradisi sadranan di wilayahnya berlangsung empat kali dalam setahun, yakni saat Sapar, Mulut, Rojab, dan Ruwah dalam penanggalan kalender Jawa. Adapun sadranan terbesar dilakukan pada Bulan Ruwah.
"Bentuk pelestarian budaya Jawa diadakan grebeg sadranan. Setelah dilakukan grebeg sadranan dilanjutkan sadranan di masing masing desa dengan waktu berbeda," ungkapnya.
Menilik tahun sebelumnya, tradisi sadranan berlangsung di wilayah Cepogo atau di depan kantor kecamatan dipastikan terjadi kemacetan arus lalulintas.
"Antusias warga masyarakat luar biasa. Kami atas nama pemerintah Kecamatan Cepogo bangga dan mengapresiasi terselenggaranya tradisi budaya ini," bilang Dwi Sundarto.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani menjelaskan, grebeg sadranan merupakan tradisi budaya lokal di lereng Merapi.
"Kegiatan ini murni partisipasi gotong royong masyarakat dari 15 desa di Cepogo. Tak ada satu rupiah pun dari pemerintah kabupaten. Kami menyambut baik atas kegiatan ini, animo masyarakat luar biasa. Kami ucapkan terima kasih dan apresiasi kepada masyarakat Cepogo," jelasnya.
Wiwis Trisiwi Handayani berharap, grebeg sadranan menjadi destinasi budaya sehingga berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat. (jaka)
(and_)