BOYOLALI, solotrust.com - Sejumlah hewan ternak sapi di sisi Timur lereng Gunung Merapi, tepatnya di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali diarak keliling kampung dalam tradisi syawalan, Senin (07/04/2025). Selain sapi, warga juga mengarak gunungan berukuran besar dibuat dari hasil bumi seperti sayur sayuran.
Sebelum diarak, warga setempat terlebih dahulu melakukan ritual kenduri di jalan tengah kampung mereka. Setelah melakukan ritual kenduri, sapi yang akan diarak keliling kampung dikalungi ketupat, diberi minyak wangi, dan disiram air kembang yang sudah didoakan tokoh masyarakat setempat.
Usai menjalani ritual, hewan ternak sapi milik warga selanjutnya diarak keliling kampung, diringi tarian khas warga lereng Gunung Merapi. Tradisi ini oleh masyarakat setempat disebut dengan istilah bakdo sapi.
Tokoh masyarakat Desa Sruni, Jaman mengatakan, bakdo sapi pada syawalan ini merupakan tradisi turun temurun sejak nenek moyang pada zaman dahulu. Tradisi ini berlanjut hingga sekarang dan dilakukan warga setiap hari kedelapan pada Bulan Syawal (penanggalan Hijriah).
“Tradisi ini menunjukkan rasa syukur kita kepada Tuhan yang Maha Esa telah memberikan banyak rezeki melalui hasil pertanian dan peternakan,” katanya kepada solotrust.com.
Peternakan merupakan hal terpenting bagi kehidupan warga di sisi lereng Gunung Merapi. Peternakan hewan sapi menjadi penopang kehidupan ekonomi warga.
“Kami dari peternakan sapi ini dapat menghasilkan pupuk, daging, dan juga anak dari induk sapi. Pupuk sendiri bisa buat tanaman karena warga di sini mayoritas petani,” jelas Jaman.
Adapun tujuan hewan sapi diarak keliling kampung dalam tradisi ini agar dapat bertemu sapi lainnya sehingga dapat berkembang biak.
“Kalau bertemu dengan sapi lainnya nanti bisa timbul birahi, setelah itu sapi bisa bunting dan menghasilkan anak sapi,” tambahnya.
Warga setempat, Eko Raharjo bilang, tradisi ini merupakan warisan dari nenek moyang, digelar setiap Syawal.
“Sebelumnya sapi dimandikan, dikalungi ketupat lalu diberi minyak wangi pada bagian kepala sapi,” katanya.
Menurut warga lainnya, Anto, tradisi syawalan mengarak hewan sapi keliling kampung perlu dilestarikan sehingga para peternak dan juga petani dapat lebih makmur serta sejahtera.
“Kata nenek moyang dulu kalau syawalan itu lebarannya sapi, makanya kami meneruskan hingga sekarang ini. Sapi merupakan sumber kehidupan warga di sini,” pungkas dia. (jaka)
(and_)