Pend & Budaya

Tradisi Buka Luwur Syech Maulana Ibrahim Maghribi, Upaya Pelestarian Budaya dan Dongkrak Wisata Lereng Merbabu

Pend & Budaya

18 Juli 2025 13:59 WIB

Tradisi tahunan Buka Luwur Makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi kembali dilakukan warga Dukuh Pantaran, Desa Candisari, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, Jumat (18/07/2025)

BOYOLALI, solotrust.com – Tradisi tahunan Buka Luwur Makam Syech Maulana Ibrahim Maghribi kembali dilakukan warga Dukuh Pantaran, Desa Candisari, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali. Puncak acara digelar pada Jumat (18/07/2025), bertepatan dengan Jumat ketiga Bulan Muharram atau Bulan Sura dalam kalender Jawa.

Makam Pantaran yang menjadi lokasi acara juga dikenal sebagai tempat peristirahatan sejumlah tokoh penting, seperti Dewi Nawangwulan, Ki Ageng Pantaran, Ki Ageng Mataram, dan Ki Ageng Kebo Kanigoro.



Prosesi buka luwur tahun ini dihadiri ribuan warga sejak pagi. Acara dimulai dengan kirab kain luwur (kain penutup makam) diiringi sesaji, payung kebesaran (songsong), berbagai jenis bunga, serta beberapa gunungan hasil bumi.

Setibanya di kompleks makam, kain luwur dan sesaji diserahkan kepada Asisten I Sekda Boyolali, Muhammad Arief Wardianta yang hadir mewakili bupati. Selanjutnya, kain diserahkan kepada juru kunci untuk prosesi penggantian luwur dan penaburan bunga di pusara Syech Maulana Ibrahim Maghribi.

Acara ini juga dihadiri tokoh budaya, di antaranya Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta, Gusti Moeng atau GKR Wandansari Koes Moertiyah.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Boyolali, Budi Prasetyaningsih mengatakan, rangkaian kegiatan buka luwur tahun ini terdiri atas Khotmil Quran pada Kamis (17/07/2025), prosesi buka luwur dilaksanakan Jumat (18/07/2025), dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk pada Sabtu (19/07/2025) malam dengan lakon ‘Wahyu Katentreman’ oleh dalang Ki Hadi Sugino.

“Tujuannya adalah untuk melestarikan budaya dan adat istiadat peninggalan leluhur, sekaligus mengembangkan sektor pariwisata di kawasan Merapi-Merbabu,” ungkapnya.

Dalam sambutan tertulis bupati Boyolali dibacakan Asisten I Sekda, Muhammad Arief Wardianta, ditegaskan budaya lokal bukan sekadar warisan, namun merupakan aset untuk memperkuat daya tarik pariwisata, terutama wisata religi.

“Budaya, agama, dan tradisi lokal adalah pilar penting kemajuan Boyolali yang tetap berakar pada nilai spiritual dan budaya masyarakat,” sebutnya.

Acara ditutup dengan zikir dan tahlil bersama, dilanjutkan tradisi rebutan gunungan hasil bumi oleh masyarakat. (jaka)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya