BALI, solotrust.com - Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mendorong Satgas Medsos untuk mengoptimalkan sosialisasi program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang telah diluncurkan pemerintah pada 10 Februari 2025 lalu. Hal ini dinilai cukup penting, mengingat besarnya jumlah pengguna media sosial (Medsos) di Indonesia serta pengaruhnya yang signifikan terhadap pembentukan opini publik.
Direktur Kemitraan Komunikasi Lembaga dan Kehumasan Kementerian Komdigi, Marroli Jeni Indarto, melalui Ketua Tim Kelembagaan Komunikasi Pemerintah, Angki Kusuma Dewi, menyampaikan pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto memiliki program Hasil Terbaik Cepat (Quick Wins), yakni untuk mempercepat peningkatan kualitas layanan di berbagai sektor strategis, termasuk kesehatan.
“Program Cek Kesehatan Gratis diluncurkan pemerintah pada Februari 2025 merupakan upaya untuk mengubah masyarakat agar lebih proaktif dalam menjaga kesehatan, mempermudah akses dalam memperoleh layanan kesehatan, deteksi dini penyakit, dan memberikan penanganan secara cepat. Tujuannya ke depan dapat menciptakan generasi lebih sehat dan produktif,” ungkapnya saat memberikan sambutan dan membuka acara ‘Bimbingan Teknis Satgas Medsos: Optimalisasi Satgas Medsos dalam Sosialisasi Cek Kesehatan Gratis’ di Kantor Dinas Kominfo Provinsi Bali, Rabu (24/09/2025).
Angki Kusuma Dewi menyebut, hingga 17 September 2025, Kementerian Kesehatan mencatat sekira 29,8 juta orang di seluruh wilayah Indonesia telah menjalani pemeriksaan melalui program CKG, dari lebih dari 32 juta orang yang terdaftar. Berdasarkan hal itu, peran Satgas Medsos menjadi sangat strategis, mengingat besarnya jumlah pengguna media sosial di Indonesia serta pengaruhnya cukup signifikan terhadap pembentukan opini publik.
Terlebih, saat ini media sosial bukan hanya dimanfaatkan sebagai sarana informasi, namun juga ruang edukasi dan penggerak partisipasi publik. Konten kreatif serta narasi positif dan strategi komunikasi secara tepat diharapkan dapat mendorong partisipasi masyarakat untuk lebih peduli dan aktif mengikuti program Cek Kesehatan Gratis.
“Kegiatan (Bimbingan Teknis Satgas Medsos) hari ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terkait CKG dan meningkatkan kemampuan teknis Bapak/Ibu dalam mengelola platform digital, yaitu media sosial sehingga ruang digital semakin bermanfaat dan inovatif, khususnya terkait CKG,” pungkas Angki Kusuma Dewi.
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Provinsi Bali melalui Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik, Anak Agung Ngurah Bagus Aryana dalam kesempatan yang sama menyampaikan, sebagai bagian dari upaya nasional meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini penyakit, dalam hal ini Provinsi Bali dan Kota Denpasar menjadi lokasi strategis untuk mengakselerasi sosialisasi digital program CKG.
Oleh karena itu, sebagai simbol komunikasi dan pusat pemerintahan regional, Denpasar dapat menjadi role model dalam penguatan strategi komunikasi digital kesehatan di wilayah Indonesia bagian tengah.
“Melalui Bimbingan Teknis Satgas Medsos ini, kami berharap pada satgas pemerintahan daerah untuk dapat mengoptimalkan media sosial sebagai sarana sosialisasi terkait program nasional Cek Kesehatan Gratis dengan cara meningkatkan pemahaman Satgas Medsos terhadap urgensi dan substansi program CKG,” ungkapnya.
Tak kalah penting, lanjut Anak Agung Ngurah Bagus Aryana, Satgas Medsos perlu meningkatkan keterampilan dalam hal memproduksi konten narasi positif dan edukatif mengenai isu kesehatan serta melakukan penyusunan strategi komunikasi digital lintas platform, seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan YouTube guna menyosialisasikan program nasional CKG.
“Kami juga mengajak seluruh peserta untuk menjadikan Bimbingan Teknis Satgas Media Sosial ini sebagai ruang kolaborasi berbagi praktik baik dan menyusun strategi bersama demi mewujudkan langkah dalam penguatan kapasitas komunikasi digital di bidang kesehatan, khususnya dalam mendukung keberhasilan program nasional CKG,” serunya.
Di lain pihak, Ketua Tim Kerja Tata Kelola Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Agus Putu Agung, menyebut status kesehatan di Indonesia terdapat beban masalah kesehatan pada seluruh siklus. Angka stunting di Indonesia tercatat sebesar 21,5 persen. Di lain sisi, banyak remaja mengalami anemia, terutama perempuan di mana jumlahnya mencapai 15,6 persen. Selain itu juga terdapat 34,9 persen remaja mengalami masalah kejiwaan. Adapun di kalangan dewasa dan lanjut usia (Lansia), angka obesitas mencapai 23,4 persen, hipertensi 30,8 persen, dan gula 24,3 persen.
Sementara di Bali, sebanyak 726 dari 9913 orang atau 7,3 persen calon pengantin perempuan mengalami anemia. Menurut Agus Putu Agung, kondisi calon ibu yang tidak sehat akan melahirkan bayi tak sehat pula.
“Demikian juga dengan gizi calon pengantin perempuan yang kurang, di mana sebanyak 381 orang dari 9913 atau sebesar 3,8 persen kekurangan gizi. Kondisi ini tidak bisa menghasilkan janin yang baik,” tambahnya, saat menjadi narasumber Bimbingan Teknis Satgas Medsos: Optimalisasi Satgas Medsos dalam Sosialisasi Cek Kesehatan Gratis.
Dengan data-data riil tersebut, Agus Putu Agung bilang, semua pihak bisa tahu persoalannya sehingga dapat dibuat kebijakan untuk menentukan intervensi apa yang perlu dilakukan.
Sementara, capaian angka Cek Kesehatan Gratis di Provinsi Bali sendiri per 22 September 2025, yakni CKG total dari target 4.433.262 orang, baru terealisasi sebesar 240.931 atau 5,43 persen. Sedangkan untuk CKG anak sekolah dari target 676.831 orang, sejauh ini baru tercapai 137.378 atau 20,29 persen.
“Tantangan dan masalah yang kita hadapi, di antaranya rendahnya minat masyarakat dan siswa untuk periksa kesehatan. Harapannya Satgas Medsos mampu mengajak awareness dari para penduduk Bali untuk memeriksakan diri minimal setahun sekali,” kata Agus Putu Agung.
Sementara itu, praktisi media sosial,Adi Nugroho, mengutarakan Satgas Medsos perlu melakukan diversifikasi informasi dalam membuat konten. Diversifikasi informasi merupakan pendekatan komunikasi yang menyajikan beragam sudut pandang, perspektif, dan format konten untuk memastikan audiens menerima gambaran utuh, objektif, dan seimbang tentang suatu kebijakan atau program pemerintah.
“Diversifikasi informasi berperan untuk meminimalkan risika confirmation bias, meningkatkan kredibilitas pesan pemerintah serta mengajak publik berpikir lebih kritis dan terbuka terhadap isu yang sedang dibahas,” jelasnya ketika memberikan paparan dalam Bimbingan Teknis Satgas Medsos: Optimalisasi Satgas Medsos dalam Sosialisasi Cek Kesehatan Gratis.
Diversifikasi informasi ini, menurut Adi Nugroho sangat penting untuk menyampaikan pesan supaya audiens semakin paham Di lain sisi, Satgas Medsos juga perlu membuat variasi konten menarik dan mencegah kebosanan audiens.
(and_)