KLATEN, solotrust.com- Guna melestarikan seni dan budaya Jawa, warga lereng Merapi menggelar peringatan Bendungan Tambaksari. Kegiatan yang dilaksanakan satu tahun sekali setiap menjelang ruwah pada perhitungan Jawa itu diberi nama Metri Bendungan, yang berlokasi di Desa Talun, Kecamatan Kemalang, Klaten.
Berjalan sepanjang 1,5 kilometer dari Dukuh Ploso Kerep, nampak iring iringan brengodo menuju bendungan tambaksari dengan mengarak sesosok Dewi Ploso yang diyakini oleh warga setempat sempat menyelamatkan warga saat terjadi letusan gunung Merapi beberapa tahun yang lalu.
Ketua Panitia Metri Bendungan Jimin mengatakan, bahwa bendungan tersebut sangat berfungsi bagi warga Desa Talun sebagai kebutuhan sehari hari.
“Bendungan ini dulu dibangun secara bergotong-royong warga Talun. Bendungan ini untuk kebutuhan warga sini. Karena disini dulunya kesulitan air, jadi ya harus mengandalkan air tadah hujan,” katanya saat ditemui solotrust.com di sela acara Metri Bendungan, Selasa(24/4/2018).
Jimin menambahkan, selama ini warga lereng Merapi terutama di desa Talun masih minim bantuan dari pemerintah Kabupaten Klaten. Sehingga warga disini untuk kebutuhan air masih mengandalkan air dari bendungan yang berasal dari air hujan.
“Bendungan ini dulunya juga untuk keperluhan warga seperti nyuci dan keperluan lainnya. Namun sekarang untuk minum hewan ternak seperti, sapi dan kambing,” katanya.
Dia menceritanya, dalam peragaan seni budaya tersebut ada sesosok Dwi Ploso yang keluar berjalan di atas lahar lereng Merapi menuju sungai Kaliworo menggambarkan penjelmaan Dwi Ploso menghentikan lahar.
“Ada cerita dari nenek moyang disini bahwa Dewi Ploso sempat menyelamatkan warga sini, disaat gunung Merapi meletus. Dari cerita itu kemudian warga disini sepakat setiap satu tahun sekali memperingatinya,” tandasnya. (jaka)
(wd)