Hard News

Musyawarah Nasional dan Rapat Kerja Nasional Imasasi

Jateng & DIY

8 Mei 2018 17:11 WIB

Munas dan Rakernas Imasasi

Solotrust.com- Sebagai salah satu organisasi mahasiswa nasional ekstra kampus, Imasasi baru saja selesai melaksanakan Musyawarah Nasional VI pada 26-29 April 2018 lalu di Universitas Sebelas Maret dan BLK Karanganyar. Namun, ada yang berbeda dengan Munas Imasasi tahun ini, yang mana untuk pertama kalinya Munas dibarengkan dengan Rakernas. Rakernas diselenggarakan tepat setelah Munas dengan hanya berjarak setengah hari untuk pembentukan pengurus baru oleh tim formatur.

Tak hanya sukses menyelenggarakan Munas dan Rakernas, Imasasi yang bekerjasama dengan Qis’ar UNS pun sukses menyelenggarakan Seminar Nasional dengan empat pembicara istimewa. Pembicara pertama yakni Sunarko Direktur Timur Tengah, Kementrian Luar Negeri dengan topik “Citizen Diplomacy”. Pada kesempatan tersebut ia memaparkan pentingnya masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa untuk turut berperan aktif menjadi aktor diplomasi Indonesia dengan negara-negara lain, terkhusus di acara ini, yakni dengan negara-negara timur tengah.



Mahasiswa studi Arab diharapkan mampu menyebarkan nilai-nilai luhur ke-Indonesiaan melalui jaringan sosial media yang saat ini sedang merajai ruang komunikasi dunia. Misalnya men-tweet hal-hal positif tentang Indonesia, upload foto-foto positif di instgram dan video-video yang bermanfaat di youtube dengan bahasa Arab. Hal ini bertujuan agar citra positif Indonesia akan langsung sampai pada masyarakat negara-negara Timur Tengah, sehingga bisa menciptakan suasana dan hubungan yang kondusif dan bersahabat sehingga mempermudah hubungan diplomasi di tingkat pemerintah pusat.

Pemateri kedua yakni Prof. Sangidu, guru besar FIB UGM memaparkan tentang cerahnya masa depan dan masa tua para lulusan studi Arab. Misalnya, bekerja di kedutaan, kementrian luar negeri, penerbit buku-buku terjemahan, guide haji dan umroh, penerjemah, diplomat dan lainnya. Pun setelah masa pensiun, keberadaannya masih sangat diharapkan oleh pesantren-pesantren di Indonesia. Peluang untuk mengajar dan mendidik santri-santri masih sangat terbuka lebar hingga akhir hayat. Namun, perlu digarisbawahi, bahwa hal itu akan terjadi apabila mahasiswa tersebut benar-benar mendalami keilmuan kestudiarabannya.   Di akhir pembicaraannya acara Munas tersebut tepat bersamaan dengan Milad FIB UNS, sehingga ini momentum yang tepat sekali memilih UNS sebagai tempat untuk menyelenggarakan Munas dan Rakernas Imasasi.

“Saya sangat berbangga hati kepada Imasasi yang telah memotori para mahasiswa Studi Arab untuk dapat berhubungan dan menjalin kerjasama khususnya dengan Kementrian Luar Negeri. Harapan saya ke depan, setelah acara ini berlangsung terdapat langkah-langkah konkret untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperkokoh jaringan sehingga ke depannya Imasasi dapat menjadi organisasi yang kokoh dalam bidang studi Arab.” Tutur Prof. Sangidu.  

Pemateri ketiga dan keempat adalah Ustad Sayyid Zuhdi (Awardee LPDP) dan Saepul Anwar (Awardee LPDP Maroko) yang membawakan materi kunci sukses meraih LPDP, gambaran kuliah di dua negara tersebut berdasarkan pengalaman langsung keduanya. Ternyata meski kedua negara tersebut satu rumpun semit di kawasan yang sama, yaitu Timur Tengah, namun memiliki perbedaan kultur sosial yang tinggi. Misalnya dari segi hubungan komunikasi pria ke wanita, norma-norma sosial dan lain-lain.

Di sela-sela Rakernas, pada 28 April malam pukul 20.00 WIB, dilaksanakan perayaan milad Imasasi dengan tumpengan. Acara ini pun banyak dihadiri oleh banyak alumni Imasasi yang tergabung dalam Keluarga Alumni Imasasi (Kalima). Selain tumpengan untuk perayaan milad ke-VIII Imasasi, perayaan ini juga sekaligus menjadi moment peresmian Kalima yang dibentuk Januari 2018. Sebagai rasa syukurnya, Imasasi tak lupa menyerahkan donasi untuk program ‘’Air Buat Sedulur” bekerja sama dengan Madrasah Relawan. Donasi sebesar Rp. 1.300.000 terkumpul dan telah diserah terima kepada pihak Madrasah Relawan sesaat sebelum pemotongan tumpeng.

 “Sebuah kehormatan bagi anggota Imasasi wilayah Jawa Tengah mendapatkan amanah besar menjadi panitia Munas VI Imasasi. Sebagai salah satu wilayah yang masih berbenah diri menuju Imasasi yang lebih baik tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk menggelar berbagai rangkaian acara dalam Munas VI Imasasi tersebut dengan sebaik mungkin. Jarak antara Surakarta, Salatiga dan Semarang yang sangat jauh tidak menyurutkan semangat kami untuk terus berkoordinasi di tiap minggunya demi menyukseskan acara Munas VI Imasasi ini. Kendala pasti ada, bahkan terbilang banyak namun alhamdulillah dengan bantuan dari berbagai pihak segalanya dapat teratasi. Melalui acara ini kami ingin menunjukkan eksistensi Studi Arab serta besarnya peluang pelajar khususnya mahasiswa Studi Arab untuk turut berkontribusi dalam kemajuan bangsa di berbagai bidang. Selain itu, berkumpulnya seluruh anggota Imasasi dari berbagai wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi wadah untuk mempererat tali ukhuwah serta menampung aspirasi dari berbagai pikiran untuk kemudian di satukan demi terwujudnya studi Arab yang lebih maju. Terakhir, lelah dan keringat panitia terbayar lunas dengan antusias dan senyum bahagia dari peserta Munas VI Imasasi yang memberikan begitu banyak kesan positif terhadap keberjalanan seluruh rangkaian acara Munas VI Imasasi. Terimakasih, sampai jumpa di Solo lain waktu.” Tutur Ketua Pelaksana Munas dan Rakernas, Ardilla Islamiyah.  

Keesokan harinya, para peserta Munas diajak bertamasya ke kebun teh Kemuning dan air terjun Jumog. Selain untuk melepas penat setelah tiga hari berkutat di ruang sidang, moment ini juga untuk memperkenalkan objek wisata dan keindahan alam Solo Raya kepada peserta Munas dan Rakernas yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia.

Andika Sakti selaku ketua umum terpilih menyatakan kesannya,” Munas kali ini adalah Munas yang paling berkesan yang pernah saya ikuti, mulai dari konsep acaranya yang menarik, sambutan dan jamuannya yang ramah dari panitia membuat kami betah selama 4 hari di Solo. Semoga Munas ini tidak hanya menjadi musyawarah dan laporan pertanggungjawaban semata, namun lebih dari itu menjadi ajang silaturahmi dan bertukar pikiran demi kemajuan studi Arab di Indonesia. Terakhir, sebagai ujung tombak organisasi ini, saya berharap saatnya organisasi kita bergerak lebih nyata dan produktif. Tidak hanya segi kuantitas, kita juga dianugerahi kualitas para kader yang merata di segala bidang. Semoga kerja sama yang harmonis membuat Imasasi menjadi lebih baik dan menjadi organisasi profesi terdepan dan pilihan utama para mahasiswa studi Arab di Indonesia untuk meningkatkan kualitas keilmuan, baik itu pengkajian dan pengajaran studi Arab seperti sastra, bahasa, dan budayanya.”

(wd)