BALI, solotrust.com- Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rudy Suhendar mengatakan saat ini frekuensi dan amplitudi letusan Gunung Agung telah menurun drastis.
"Pada tanggal 27 Juni 2018, pukul 22:00 WITA terjadi erupsi pertama yang membuka rekahan di dasar kawah menjadi lebih besar, rekahan tersebut menjadi jalan terjadinya erupsi secara menerus, hingga pukul 12:00 WITA esok harinya. Namun sejak pukul 1 dini hari tadi frekuensi dan erupsi Gunung Agung sudah menurun drastis," Jelas Rudy dilansir dari laman resmi Kementerian ESDM.
Rudy menambahkan, Intensitas abu juga mengalami penurunan, hal ini ditunjukkan dengan warna asap yang teramati dominan putih.
"Intensitas emisi abu teramati mengalami penurunan ditunjukkan dengan warna asap yang teramati dominan berwarna putih. Penurunan intensitas emisi abu mengindikasikan bahwa sistem telah terbuka. Hembusan asap putih yang masih teramati saat ini berasal dari aktivitas efusi lava," Imbuhnya.
Fenomena emisi gas dan abu dari kemarin hingga saat ini merupakan bagian dari erupsi, yang terjadi secara efusif, yaitu berupa aliran lava segar ke dalam kawah (pertumbuhan kubah lava). Sementara itu Laju penambahan volume lava belum dapat diketahui dan masih menunggu informasi dari citra satelit.
Berdasarkan analisis data secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini aktivitas Gunung Agung masih berada dalam Level 3 (Siaga).
(wd)