SOLO, solotrust.com - Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta untuk pertama kalinya menggelar pameran keris lengkap dengan proses pembuatan keris yang menghadirkan perajin dari Padepokan Keris Brojo Buwono di Kampus 1 UTP Balekambang, Surakarta Minggu (30/9/2018).
Menurut Rektor UTP Surakarta, Tresna Priyana Soemardi, kegiatan ini sebagai upaya menjembatani pengetahuan tentang keris dari jaman nenek moyang dengan era milenial generasi penerus bangsa jaman sekarang.
"Sengaja kita pamerkan keris nusantara yang berjumlah ratusan dan juga menghadirkan perajin keris secara langsung supaya pengunjung tahu benar bagaimana proses pembuatan keris sebagai warisan budaya leluhur ini, selain itu kita juga gelar seminar," kata Tresna dijumpai solotrust.com di sela acara.
Bagi Tresna, keris memiliki filosofi dan sejarah panjang yang terkandung di dalamnya. Melalui pameran keris pihaknya ingin menularkan pandangan empu keris kepada generasi muda.
Pada zaman kerajaan-kerajaan di masa lalu, tanda mata paling tinggi nilainya adalah keris. Pemberian paling berharga dari seorang Raja Jawa kepada para perwiranya atau abdi dalem, adalah keris. Pada perkembangannya, keris di lingkungan kerajaan bisa menjadi simbol kepangkatan.
Lanjut dia, keris adalah benda pusaka yang memiliki makna filosofis dan simbolik dengan berbagai fungsi yang menyertainya seperti menyuburkan tanah atau menangkal wabah penyakit, simbol status sosial, media ekspresi berkesenian dalam konsep bentuk dekorasi, seni, dan tradisi teknologi arkeometalurgi, ukuran tinggi-rendahnya peradaban, hingga menjadi parameter kebesaran kebudayaan suatu bangsa.
Keistimewaan keris tidak terbatas pada bentuk dan kekuatan spiritual yang dipercaya terdapat di dalamnya, tetapi juga pada proses pembuatannya dan kepercayaan yang melekat pada masyarakat Jawa tentang pengaruh keris terhadap pemiliknya.
"Keris memiliki banyak kegunaan, seperti senjata pertahanan, menjaga kewibawaan, kemudian untuk mewujudkan kharismatik, kepercayaan diri, dan banyak lagi filosofinya, ini yang ingin kami sampaikan, melalui keris memberikan pendidikan karakter seperti ojo dumeh, kejujuran, itu kan karakter yang sudah mengakar, kearifan lokal yang daya nalarnya luar biasa sampai ke bathin," ujar dia.
Saat disinggung terkait dampak arus globalisasi yang begitu pesat terhadap budaya lokal dalam hal ini keris, Tresna menilai pelestarian nilai budaya keris perlu dilakukan usaha untuk proses regenerasi seharusnya tetap dilakukan untuk melestarikan warisan luhur yang sudah diakui dunia oleh UNESCO pada tahun 2005 lalu.
"Tidak dipungkiri, budaya kita memang tergerus oleh arus budaya asing, melalui pameran keris ini menjadi upaya kita untuk mengangkat suatu nilai budaya keris agar tetap eksis dan menjadikan Kota Solo sebagai destinasi wisata yang memiliki orisinalitas budaya yang ada. Kita juga mempunyai museum keris yang terpelihara lengkap dan harus tereksploitasi dengan baik nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya," jelasnya.
Pihaknya berharap pergelaran ini dapat menjadi event yang khas dari UTP untuk menjangkau budaya nenek moyang, dan ke depan dirinya ingin berkolaborasi dengan negara-negara lain di Asia yang memiliki budaya serumpun seperti Malaysia, Singapore, Filipina, Brunei Darussalam dan Thailand, menyuguhkan keris sebagai kekayaan budaya.
"Kita ingin memberikan suatu peran kepada Kota Surakarta bahwa banyak hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan kota bertaraf global," harap Tresna. (adr)
(way)