Ekonomi & Bisnis

BI Apresiasi Keberhasilan Pengendalian Inflasi pada 2018

Ekonomi & Bisnis

24 Januari 2019 14:56 WIB

Wakil Ketua TPID Solo sekaligus Kepala KPw BI Solo, Bandoe Widianto

SOLO, solotrust.com- Sebagai bagian dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo, telah melakukan evaluasi mengenai realisasi inflasi pada tahun 2018, termasuk capaian dan juga program-program yang sudah dilaksanakan sepanjang tahun.

Kepala KPw BI Solo, Bandoe Widiarto mengungkap, pada tahun 2018 berdasarkan realisasi, inflasi cukup bagus yaitu 2,45 %. Angka itu lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 3,13 %. Dan lebih rendah dibandingkan Pulau Jawa yaitu 3,45 %. Juga lebih rendah jika dibandingkan Jawa Tengah yang di angka 2,4 8%.



"Inflasi kota Solo lebih rendah dibandingkan Jawa Tengah, Jawa dan juga nasional. Inflasi 2,45 persen itu hasil yang menurut saya cukup bagus. Solo pernah pada tahun 2014 inflasi mencapai 8 persen, sekarang turun di 2,45 persen. Solo ini kan barometer," tuturnya pada solotrust.com.

Keberhasilan pengendalian inflasi, kata Bandoe, berkat sinergi yang baik dengan semua pemangku kepentingan, seperti Pemerintah Kota, distributor, pedagang pasar dan lainnya. Bahkan aparat keamanan seperti TNI dan Polri membantu pengendalian inflasi. Dimana Babinsa turut melaporkan harga bahan kebutuhan pokok.

"Dengan inflasi 2,45 persen itu, Solo ikut membantu inflasi nasional 3,13% yang merupakan akumulasi dari realisasi inflasi kabupaten-kabupaten dan provinsi- provinsi se-Indonesia," paparnya.

Setelah dievaluasi berdasarkan 4K, menurutnya ada beberapa program yang patut mendapat apresiasi. Pertama, terkait dengan kegiatan kelancaran distribusi dan keterjangkauan harga. Terlebih saat terjadi kondisi di luar dugaan, ketika salah satu pasar induk, yaitu Pasar Legi terbakar pada 29 Oktober 2018.

Biasanya, ketika terjadi kebakaran akan menimbulkan harga-harga komoditas pangan naik. Tapi karena kecepatan dan kebijakan dari pemerintah kota Surakarta, pada H+1 langsung dilakukan Pasar Darurat di pasar induk tersebut. Sehingga dari sisi pasokan tidak mengalami gangguan. Hal itu dikonfirmasi oleh BPS bahwa harga-harga pada H+1 tidak mengalami lonjakan yang cukup signifikan.

"Itu satu momen yang sangat bagus, sinergi antara Bank Indonesia, pemerintah kota dan pedagang bersama-sama untuk mengendalikan harga. Itu catatan penting di tahun 2018," katanya.

Kedua, TPID juga berhasil membuat pasar dan kios murah Mirunggan menjelang periode Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 (Nataru), sehingga inflasi di bulan Desember terkendali. Hal ini berkat kerjasama dengan semua pihak, sehingga harga-harga di bulan Desember tidak mengalami lonjakan. Sebagai perbandingan, di Nusa Tenggara Timur mengalami inflasi hingga 2% dalam sebulan. Angka itu melebihi inflasi Kota Solo dalam setahun.

Ketiga, pihaknya mengapresiasi para Lurah pasar tradisional di kota Solo. Menurutnya, ini mungkin hanya ada di Solo bahkan di Indonesia, pengendalian inflasi dibantu Lurah pasar yang peduli inflasi. Mereka ikut membantu pemantauan harga di pasar-pasar di Solo, dengan melaporkan perkembangan harga-harga tiap hari. Sehingga begitu ada kenaikan TPID dapat langsung melakukan aksi.

Sedangkan untuk tahun 2019 ini, pihak BI bersama Pemerintah telah menetapkan target inflasi di angka 3,5 + 1%. Dengan adanya berbagai kegiatan-kegiatan penting pada tahun politik ini, kalau tidak dikelola dengan bagus, pihaknya khawatir inflasi akan melampaui target tersebut. (Rum)

(wd)

Berita Terkait

Berita Lainnya