Serba serbi

Kekerasan Seksual Terhadap Anak Meningkat, Orangtua Bisa Lakukan Hal Ini

Serba serbi

7 Desember 2017 03:08 WIB

(Ilustrasi/Pixabay)

SOLO, solotrust.com - Kekerasan seksual terhadap anak-anak semakin meningkat. Yayasan Kakak, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam perlindungan anak, mendata jumlah anak menjadi korban kekerasan seksual di se-Surakarta bertambah setiap tahunnya. 
 
Menurut data yang dibagikan kepada Solotrust.com, terdapat sekitar 31 anak korban kekerasan anak yang didampingi oleh Yayasan Kakak pada tahun 2014. Sebagian besar korban berusia antara 7 sampai 12 tahun. Sisanya, korban berusia di bawah 6 tahun sebanyak 5 anak, 13-15 tahun terdapat 7 anak dan 16-18 tahun berjumlah 7 anak.
 
Setahun setelahnya, jumlah korban bertambah menjadi 33 orang. Namun, kali ini didominasi oleh anak-anak berusia 13-15 tahun sebanyak 18 orang. Korban berusia 5- 6 tahun turut ikut meningkat menjadi 6 anak. 
 
Tahun 2016 masih belum menunjukan tanda-tanda membaik. Korban kekerasan seksual ini paling banyak berasal dari kalangan remaja dengan jumlah sekitar 14 orang. Sementara anak yang berusia 5-12 tahun berjumlah 12 orang. 
 
Ketika ditanya mengenai pemicu meningkatnya korban kekerasan seksualnya, Shoim Sahriyati selaku direktur Yayasan Kakak mengatakan menonton pornografi menjadi salah satu penyebabnya.
 
"Ada satu kasus pelaku umur 9 tahun sering melihat porno kemudian melecehkan 8 temannya. Kasus seperti itu ada beberapa," kata Shoim saat dihubungi via pesan singkat. 
 
Untuk mengurangi kasus kekerasan seksual tersebut, Shoim menyarankan kepada orangtua agar memberikan pendidikan seks pada anak sejak dini sesuai dengan usia. "Mengenalkan organ reproduksi. Tentunya dengan menekankan bahwa organ itu privasi yang artinya tidak boleh dilihat dan dipegang. Ketika sudah puber lebih dalam lagi, anak harus dikenalkan lebih dalam termasuk perilaku seksual yang tidak sehat," jelasnya.
 
Sementara masalah pornografi tak bisa lepas dari kemajuan teknologi. Internet dan gadget semakin mudah diakses, sementara kontrol orangtua semakin lemah. Menanggapi hal itu, Psikolog Sekolahhebatku, Haryadi Nurwanto sebelumnya pernah menyarankan agar orangtua tidak gaptek (gagap teknologi).
 
"Bagaimana anak pegang handphone tapi tetap aman. Orangtua harus tahu itu jadi orangtua bisa memantaunya," katanya ketika menjadi pembicara di Graha Kusuma Manahan, Surakarta pada Sabtu (25/11).(Sq-A)

(redaksi)

Berita Terkait

Berita Lainnya