SOLO, solotrust.com - Research Group (RG) Strategi Layanan Khusus Program Studi (Prodi) Pendidikan Khusus (PKh) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) mengembangkan model program transisi pascasekolah bagi Sekolah Luar Biasa (SLB).
Sivitas akademika yang terlibat dalam kegiatan itu, yakni Prof. Drs. Gunarhadi, M.A., Ph.D selaku ketua bersama tim peneliti dari Prodi PKh, yakni Prof. Dr. Munawir Yusuf, M.Psi, dan Dr. Subagya, M.Si. Prof. Gunarhadi menyatakan, banyak muncul asumsi menyatakan anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki keterbatasan bersaing di dunia kerja maupun dunia pendidikan.
“Keterbatasan-keterbatasan dalam mendaftar pekerjaan tersebut, di antaranya berupa adanya diskualifikasi dari pihak pemberi kerja, bullying, kecemburuan dan adanya sikap over protected dari orangtua ABK. Padahal UU No 8 tahun 2016 telah memberikan kesempatan bagi ABK untuk mendapatkan pekerjaan layak dan ikut bersaing di dunia kerja,” terangnya, Kamis (12/11/2020).
Di samping dunia kerja, lanjut Gunarhadi, ABK juga mendapatkan keterbatasan peluang untuk mendaftar di perguruan tinggi (PT). Hal ini dikarenakan model seleksi tes masuk yang kurang adaptif bagi ABK.
"Selain itu, adanya ketidaksesuaian dengan pilihan yang diinginkan, tidak terbiasa dengan sistem penerimaan, dan kompetensi yang kurang memadai karena adanya hambatan yang dialaminya," ungkap dia.
Gunarhadi menambahkan, temuan dari penelitian ini adalah adanya model dalam tiga tahap, yakni tahap input, tahap proses (instruction) dan tahap output. Tahapan input merupakan tahap persiapan terdiri atas dua program, yakni program akademik dan program vokasional.
"Pada tahap input ini dilakukan asesmen terhadap minat dan kemampuan ABK, apakah lebih sesuai mengikuti program akademik atau program vokasional. Kedua, tahap proses dilakukan dengan memberikan program transisi pascasekolah mulai kelas 10 hingga kelas 12 Sekolah Menengah Atas (SMA)," tukasnya. (awa)
(redaksi)