Hard News

Maaf Nak Masih Ada Bumbu Pandemi di Rasa Opor Ayam dan Ketupatnya

Nasional

20 Mei 2021 12:01 WIB

Ilustrasi makan ketupat di tengah Lebaran secara virtual

SOLO, solotrust.com - Masih ingat! Jelang Lebaran tahun ini orang beramai-ramai menepi di pusat perbelanjaan. Tangan bergenggam uang lalu dibelikan barang, ya barang untuk Lebaran. Tepisan soal bahaya Covid-19 cenderung diabaikan, namun bagi pemerintah ini menyusahkan.

Solotrust.commencatat pada 4 Mei 2021 menjelang Lebaran, mal di Solo mulai ramai. Bahkan selama periode Ramadan 1442 H, sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Solo mengalami lonjakan pengunjung secara drastis. Terutama menjelang waktu buka puasa, lantai dengan area kuliner diserbu pengunjung. Selain itu, kunjungan belanja juga mengalami peningkatan.



Kondisi ini tak jauh berbeda dengan DKI Jakarta. Merangkum berbagai sumber, serbuan pengunjung juga meningkat pesat di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat. Seorang pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan hijab di area penghubung blok F dan blok B Pasar Tanah Abang mengaku omzetnya naik 50 persen dibandingkan sebelum puasa (detik.com, Sabtu, 8 Mei 2021).

Bahkan unggahan video beredar di mana tak terlihat ada jaga jarak yang dilakukan para pengunjung di Pasar Tanah Abang. Meski begitu, banyak juga pengunjung masih berupaya menjaga protokol kesehatan dengan memakai masker.

"Waaadooow biar panas plus badai corona, tapi jelas nyata penampakan manusia belanja di Pasar Tanah Abang Jakarta," tulis seorang netizen di caption unggahannya, dikutip Hops.id, Minggu (02/05/2021).

Virus corona nampaknya memberikan cerita tersendiri selama Ramadan hingga Lebaran. Polemik larangan mudik dari pemerintah menjadi pro dan kontra tersendiri. Di satu sisi warga rindu kampung halaman, namun di lain hal ada kebijakan penyekatan.

Data solotrust.com, Selasa (18/05/2021), Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berhasil memutar balik ribuan kendaraan selama Operasi Ketupat Progo. Dari operasi ini, pihak kepolisian menemukan adanya enam orang positif Covid-19 dalam pemeriksaan antigen di perbatasan.

Periode pelaksanaan Operasi Ketupat Progo dalam rangka penyekatan atau masa larangan mudik Lebaran pada 6 hingga 17 Mei 2021, total sebanyak 27.782 kendaraan diperiksa di sepuluh titik pos penyekatan yang ada di DIY.

Kabid Humas Polda DIY, Kombes Pol Yulianto mengatakan, dari sebanyak 27.782 kendaraan, baik roda dua, roda empat, truk, dan bus, sebanyak 7.989 kendaraan diputar balik atau sekira 35 persen dari kendaraan diperiksa. Angka ini tak jauh beda di wilayah Jawa Tengah. Kapolda Jawa Tengah, Irjen Ahmad Luthfi mengungkap sebanyak 28 ribu unit kendaraan yang masuk wilayah Jawa Tengah, 8.000 kendaraan di antaranya dipaksa putar balik .

Meski demikian, pihak pemerintah belum bisa bernapas lega sebab momentum perayaan Idulfitri sangat berpotensi adanya klaster keluarga. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo salah satu pihak yang turut mengkhawatirkannya. Dikutip jatengprov.go.id, Gubernur Ganjar mewanti-wanti kepada seluruh kepala daerah untuk menyiagakan sumber daya manusia (SDM), tempat isolasi mandiri, dan rumah sakit selama 14 hari ke depan pascalebaran.

“Sekarang klaster yang banyak di Jawa Tengah dari keluarga. Untuk itu, masyarakat harus siaga di keluarga, jangan sepelekan. Ini perlu menjadi perhatian semua agar tetap menjaga prokes (protokol kesehatan) karena potensi penambahan ada,” kata Ganjar Pranowo, saat menghadiri halalbihalal virtual di lingkungan pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) dan Forkopimda di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Senin (17/05/2021).

Benar saja, mengutip pemprov.go.id, usai rapat penanganan Covid-19 di kompleks kantornya di Semarang, Selasa (18/05/2021), Gubernur Ganjar menyebutkan kenaikan kasus Covid-19 terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah. Sebagian besar berasal dari klaster keluarga. Menurutnya, meski Covid-19 sempat menurun beberapa waktu lalu, namun ada beberapa wilayah menunjukkan tren kenaikan.

“Ada sih di beberapa titik naik. Semarang Kabupaten, Demak ada, Pati, Kudus naik. Pati agak banyak perkembangannya, Grobogan sudah agak turun, tapi kemarin naik,” kata Ganjar Pranowo.

Berbagai pihak tentu sudah berupaya keras menekan angka Covid-19. Mengutip kalimat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, menekan kasus aktif Covid-19 perlu peran masyarakat secara luas untuk bekerja sama. Pemerintah sejauh ini telah melakukan berbagai upaya, namun masyarakat masih ngeyel (nekat-red) tidak mengindahkan protokol kesehatan (Prokes). Alhasil kasus aktif Covid-19 tidak bisa terkendali.

“Biarlah hari ini lelah, letih, capek, cerewet mengingatkan semua pihak agar kasus di negara kita segera kembali. Kalau tidak, seperti Negara India dengan kasus aktif melonjak tinggi,” kata Doni, dikutip dari solotrust.com, Senin (10/05/2021).

Misi pemerintah nampaknya masih panjang agar Covid-19 ini benar-benar sirna. Hal terpenting, yakni kesadaran masyarakat bagaimana kepeduliannya terhadap kesehatan untuk diri sendiri dan orang lain. Biarlah tahun ini merasakan opor ayam dan ketupat di tempat masing-masing, meski suasana berbeda, namun sikap ini dirasa yang terbaik.

Sementara kabar baik lainnya, mengutip laman covid19.go.id perkembangan pasien sembuh pada Selasa (18/05/2021), jumlahnya sudah melebihi angka 1,6 juta orang atau angka tepatnya bertambah menjadi 1.612.239 orang dengan persentase 92,2%. Angka kesembuhan kumulatif ini meningkat dengan adanya penambahan pasien sembuh harian sebanyak 5.628 orang. (elv)

(and_)