SOLO, solotrust.com - Menanggapi lonjakan harga minyak goreng yang terjadi sejak Oktober-November 2021 hingga saat ini, Dinas Perdagangan Kota Solo berencana menggelar operasi pasar pada Rabu dan Kamis (29-30/12/2021) pekan ini. Kegiatan berkolaborasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah (Disperindag Jateng).
"Antisipasi kita ada operasi pasar minyak goreng. Itu dari Disperindag Provinsi, kayaknya ini seluruh Indonesia," kata Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Solo, Wulan Tendra Dewayani, saat ditemui awak media di kantornya, Senin (27/12/2021).
Pihaknya menjelaskan, naiknya harga minyak sejak beberapa bulan lalu karena crude palm oil (CPO) sebagai bahan baku atau bahan mentah minyak naik. Akibatnya, harga minyak goreng curah tadinya di kisaran Rp12 ribu saat ini tembus Rp18 ribu per liter. Bahkan mencapai Rp19 ribu hingga Rp20 ribu per liter. Sementara untuk minyak goreng kemasan dari harga eceran tertinggi (HET) Rp14 ribu hingga Rp14.500.
"Memang kenaikannya luar biasa. Jangkauannya lama juga karena CPO juga belum turun-turun, bukan karena momen Nataru (Natal dan Tahun Baru). Sudah lama kenaikannya, beberapa bulan malah, sejak sekitar Oktober-November, sampai hari ini belum mengalami penurunan," papar Wulan Tendra Dewayani.
Soal harga minyak, dirinya menegaskan, daerah tak punya kewenangan sebab kebijakan ada di tingkat pusat. Menurutnya, daerah hanya bisa melakukan upaya pengendalian saja.
"Menyikapi kenaikan harga minyak yang lumayan signifikan itu, dari Disperindag Provinsi mengadakan operasi pasar, khususnya minyak goreng. Itu nanti di Solo akan diadakan Hari Rabu dan Kamis besok ini di setiap kecamatan," beber Wulan Tendra Dewayani.
Rencananya, pada operasi pasar itu akan disediakan minyak goreng kemasan, bukan jenis curah, dengan harga Rp14 ribu per kemasan. Pihaknya mengajukan kuota sebanyak 5.000 liter untuk wilayah Solo.
"Jadi memang lumayan, selisihnya lumayan banyak di pasaran. Kami mengajukan permohonan per kecamatan seribu liter. Jadi sasaran kita kan warga miskin, untuk kebutuhan bergantung daerah masing-masing. Per KK (kepala keluarga) dapat jatah atau punya hak untuk membeli dua liter," terang Wulan Tendra Dewayani.
Adanya operasi pasar diharap dapat mengendalikan tingginya harga minyak yang saat ini posisi masih di harga tertinggi. Pihaknya juga tidak bisa memprediksi kapan harga minyak akan turun karena bergantung harga minyak dunia.
"Kita tidak bisa manage (mengelola-red) untuk CPO-nya," tandas Wulan Tendra Dewayani.
Selain minyak, komoditas lain meroket harganya adalah telur ayam. Saat ini harga telur ayam di kisaran Rp29 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram dari harga normal Rp23 ribu hingga Rp24 ribu per kilogram. Terkait ini, diakui Wulan Tendra Dewayani, pemerintah belum melakukan tindakan pengendalian harga.
"Kalau yang telur memang belum ada perintah untuk operasi pasar karena mungkin kalau telur lonjakan itu terjadi karena momen Nataru. Kalau minyak sejak sebelum momen Nataru ini sudah tinggi," jelasnya. (rum)
(and_)