Hard News

Harapan Pengamat Sejarah Terhadap Calon Adipati Mangkunegara yang Akan Dikukuhkan

Jateng & DIY

6 Maret 2022 12:10 WIB

Pura Mangkunegaran, Solo. (Foto: solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Pura Mangkunegaran baru saja menetapkan Gusti Pangeran Hario (GPH) Bhre Cakrahutama Wira Sudjiwa, pada Selasa (1/3), sebagai Mangkunegara (MN) X yang akan dikukuhkan pada 12 Maret 2022 mendatang.

GPH Bhre akan mengisi tahta Pura Mangkunegara yang kosong selama 7 bulan sejak MN IX yang mangkat  13 Agustus 2021 silam.



Terkait penetapan adipati baru ini, Ketua komunitas pegiat sejarah Solo Societeit Dani Saptoni berharap, GPH Bhre yang nantinya akan menjadi MN X, dapat membawa Pura Mangkunegaran ke pembaharuan dan mengembalikan kejayaannya.

“Semoga dengan munculnya MN X ini bisa membawa Mangkunegaran ke renaisans atau kembalinya Pura Mangkunegaran menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang menghasilkan karya-karya bermutu, dalam arti berguna dan bermanfaat untuk banyak khalayak, seperti di era MN IV dan MN VII,” kata Dani kepada Solotrust.com Sabtu (5/3).

Dani mencontohkan era-era kepemimpinan Pura Mangkunegaran oleh MN IV dan MN VII. Dikatakan Dani, MN IV merupakan adipati yang mampu membawa Praja Mangkunegara dari sebuah kerajaan tradisional menjadi semacam korporasi  modern dengan adanya banyak industrialisasi, serta kemajuan dalam keilmuan dan kebudayaan.

“Di era MN IV jelas, Pura Mangkunegaran mengalami masa kejayaan di mana proses industrialisasi besar-besaran terjadi di Mangkunegaran. Modernisasi untuk mengatur Mangkunegaran sebagai sebuah korporasi ya. Jadi Mangkunegaran ini menjadi proyek percontohan waktu itu oleh kerajaan-kerajaan tradisional yang lain,” terangnya.

“Juga muncul banyak sekali karya sastra yang bisa dimanfaatkan oleh generasi sekarang itu masih aktual,” imbuh Dani.

Hal hampir serupa terjadi di masa MN VII memimpin Pura Mangkunegaran yang disebut Dani, terjadi banyak kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan budaya. Ditambah, peran MN VII yang aktif menjadi tokoh pergerakan nasional sebagai Ketua Budi Utomo periode 1915-1916.

“Proses-proses pembaruan di Pura Mangkunegaran, apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, bahkan Mangkunegara VII ini juga menginisiasi munculnya Javanologi atau pusat kajian tentang kebudayaan jawa saat itu,” jelasnya.

“Bahkan MN VII ini juga salah satu pemimpin Budi Utomo,” lanjut Dani.

Dengan ditetapkannya GPH Bhre sebagai MN X, Dani juga berharap kepada calon adipati baru untuk dapat menyelaraskan kebudayaan tradisional dan ilmu pengetahuan serta kebangsaan di Pura Mangkunegaran.

“Jadi bisa selaras antara gerak kebudayaan tradisional dengan ilmu pengetahuan dan peran untuk kebangsaan itu bisa harmoni di Mangkunegaran ini,” pungkasnya. (dks/riz)

(zend)