Pend & Budaya

Sejarah Kesenian Reog, Ada Pemberontakan kepada Majapahit?

Pend & Budaya

11 April 2022 23:33 WIB

Massa yang berkumpul di trotoar Jl Ir Juanda, Pucangsawit, Jebres, Solo mendesak pemerintah segera mematenkan kesenian Reog Ponorogo ke UNESCO, Sabtu (09/04/2022) malam. (Foto: Dok. solotrust.com/dks)

Solotrust.com - Reog mempunyai beberapa versi asal muasalnya, namun sebagian besar masyarakat memercayai satu sumber kisah di balik permulaan kesenian tradisional tersebut bisa bertahan hingga kini.

Dalam Buku Babad Ponorogo jilid I hingga VIII disebutkan sejarah reog berasal dari cerita rakyat. Berdasarkan beberapa versi, awal mula kesenian tersebut tidak lepas dari salah satu abdi dalem Kerajaan Majapahit bernama Ki Ageng Kutu.



Ia merupakan salah satu abdi dalem Majapahit pada era pemerintahan Bhre Kertabhumi pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu merasa tidak puas dengan pemerintahan Bhre Kertabumi karena pengaruh istri raja berasal dari Tiongkok cukup kuat. Selain itu, pemerintahan terkesan korup hingga dikhawatirkan menjadi akhir kejayaan Majapahit.

Ki Ageng Kutu lantas meninggalkan kerajaan lalu mendirikan perguruan bela diri. Keinginannya melawan dan mengingatkan raja Majapahit kala itu terkendala jumlah pasukan.

Ki Ageng Kutu pun memutar otak agar perlawanannya membuahkan hasil. Akhirnya, ia melakukannya melalui seni pertunjukan dengan maksud menyindir raja Bhre Kertabhumi serta pemerintahannya lewat kesenian reog.

Pertunjukan reog menggunakan kepala singa, dikenal dengan nama Singa Barong. Ini merupakan simbol dari raja Bhre Kertabhumi.

Di atas Singa Barong terdapat bulu-bulu merak jumlahnya sangat banyak. Ini merupakan simbol betapa kuatnya pengaruh Tiongkok dalam mencengkeram pemerintahan Bhre Kertabhumi saat itu.

Dalam kesenian reog juga terdapat jathilan, diperankan penari gemblak menunggang kuda mainan. Ini merupakan simbol kekuatan pasukan kuda Majapahit.

Para penari jathilan ini berbanding terbalik dengan warok yang berada di balik topeng badut merah, menopang topeng Singa Barong berbobot sekira 50 kg hanya dengan giginya. Warok merupakan simbol dari seorang Ki Ageng Kutu itu sendiri.

Mengetahui adanya sindiran politis lewat kesenian reog, Bhre Kertabhumi murka lalu menyerbu perguruan bela diri Ki Ageng Kutu. Akhirnya pemberontakan Ki Ageng Kutu dapat dipadamkan. Namun, para pengikut Ki Ageng Kutu tersebar dan tidak tertangkap, secara diam-diam kembali meneruskan kesenian reog hingga kini.

Seiring perkembangan zaman, cerita kesenian kemudian ditambahi dengan sejumlah karakter dari Cerita Rakyat Ponorogo.

Sementara itu, versi lain dirangkum dari berbagai sumber mengisahkan reog berkisah tentang seorang Raja Ponorogo berniat melamar Putri Kediri, Dewi Ragil Kuning. Sesampainya di tengah jalan dicegat Raja Singa Barong dari Kediri.

Pasukan Raja Singa Barong terdiri atas merak dan singa, sedangkan dari Kerajaan Ponorogo terdiri atas Raja Klono beserta wakilnya, Bujang Ganong. Mereka dikawal para warok yang dipercaya memiliki ilmu hitam. Tarian keduanya merupakan seni tari perang Kerajaan Kediri dan Ponorogo. (dd)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya