SOLO, solotrust.com - Sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) membentangkan poster bertuliskan “Save Wadas” saat Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo mengisi acara talkshow di Ballroom Ki Hajar Dewantara, UNS, Solo, Rabu (15/6).
Tak diam, Ganjar memberi tanggapan poster itu di tengah acara. Menurutnya, persoalan Wadas kini perlahan diselesaikan pihaknya dengan pemberian ganti rugi serta bantuan lain. Ganjar juga menyatakan sudah menjalin komunikasi kepada warga.
"Save Wadas, thank you, Mas, wadasnya sudah save, hari ini sudah terbayar, yang lain sudah mau bicara, dialog kita kembangkan, siswa-siswanya kita kasih piknik, healingnya sudah kita lakukan," paparnya di tengah acara.
Ia bahkan meminta sejumlah mahasiswa itu untuk meninjau langsung lokasi
"Anda harus ke lokasi," ujarnya.
Untuk diketahui, tambang itu mengeruk batu andesit di Desa Wadas, Purworejo, untuk dijadikan material bahan pembangunan Bendungan Bener. Proyek ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional dikebut melalui Peraturan Presiden (Perpres) 42/2021 tentang Percepatan Kemudahan Proyek Strategis Nasional.
Sementara, mahasiswa yang membentangkan spanduk mengatakan penyelesaian masalah di Wadas belum selesai secara menyeluruh.
"Menyelesaikan akar masalah ya belum, karena tuntutan dari masyarakat Wadas sampai sekarang belum dituntaskan oleh pemerintah," kata salah satu mahasiswa, Adestra usai acara.
"(Bantuan/ganti rugi selama ini) saya rasa itu cukup politis sebab yang jadi permasalahan itu kan status alihfungsi lahan, jadi therapy healing dan semacammya, itu memang dua hal yang berbeda," tambahnya.
Menanggapi permintaan Ganjar, mereka mengaku sudah meninjau langsung lokasi lahan Wadas. Menurutnya, penyelesaian utama Wadas yakni menghentikan pengalihfungsian lahan perkebunan Wadas. Selain itu, ia juga meminta aparat menghentikan tindakan represif untuk pembebasan lahan Wadas.
"Dari pihak masyarakat tidak ingin Wadas ini dialihfungsikan jadi tambang dan meminta tidak ada represifitas dari aparat," jelasnya.
Demikian, persoalan Wadas diakuinya sudah mulai mendingin. Namun ia menyatakan keukeuh menentang dan akan mengawal proyek yang akan mengeruk lahan perkebunan itu.
"(Saat ini) Sudah cukup lega, represifitas aparat tidak seperti saat puncak-puncaknya, tapi masih ada yang berseliweran, hal ini bukan hanya kita baca di pemberitaan, tetapi kita ngobrol di masyarakatnya dan mengetahui langsung bagaimana yang terjadi," terangnya.
"Kita tetap mengawal keberlanjutan dari pada di Wadas dengan memperjuangkan. Dan satu hal, Wadas ini tanah yang subur, gemah ripah loh jinawi," tukasnya.
Sementara itu, lahan tambang Wadas sebelumnya dicanangkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo sebagai lahan perkebunan melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 27 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). (dks)
(zend)