SOLO, solotrust.com - Sebanyak 1.800 atlet dan official ASEAN Para Games (APG) 2022 dijadwalkan mendarat di Solo, 26 Juli mendatang atau 4 hari sebelum upacara pembukaan APG di Stadion Manahan Solo, 30 Juli 2022.
Wali Kota Solo sekaligus Ketua Indonesia ASEAN Para Games Organizing Commitee (INAPOC) Gibran Rakabuming Raka menyebut akan ada pengecekan kesehatan ketat selama kedatangan atlet nanti untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 yang masih mungkin terjadi.
Selain itu pengetatan juga dilakukan kepada pegawai hotel hingga ke sopir-sopir yang mengantar para atlet dan official. Namun tak ada karantina selama kedatangan.
"Pokoknya harus super ketat, kita ketatkan lagi misalnya pegawai-pegawai hotel, driver-driver perlu dijaga juga soalnya mereka yang keluar-masuk. Nggak ada karantina, kalau diswab aman ya tenang saja," kata Gibran, usai penandatangan Memorandum of Understanding (Mou) APG oleh Gibran dengan Ketua ASEAN Para Sport Federation (APSF) di Swiss Berlin Hotel, Solo, Jumat (1/7).
Gibran memastikan kedatangan atlet-atlet dan official yang mendarat tak akan menganggu pelaksanaan ibadah Haji, di mana kepulangan mereka berlangsung hingga Agustus 2022 nanti.
"Sudah kita rapatkan Selasa, ada haji ada kita juga yang datang tanggal 26, nggak masalah," ujarnya.
Diungkapkan akan ada penyambutan-penyambutan selama di bandara, makan malam, dan puncaknya pada upacara pembukaan di Stadion Manahan 30 Juli nanti.
"Ada di airport, penyambutan-penyambutannya, welcoming dinner, dan puncaknya di opening itu," tuturnya.
Sebanyak 1.800 atlet dan official itu akan ditempatkan di 19 hotel, masing-masing 17 di Solo dan 19 di Semarang. Wakil Sekjen National Paralympic Committee (NPC) Indonesia Rima Ferdianto menjelaskan atlet itu tak akan menjalani karantina dengan catatan tak ada penambahan angka Covid-19. Protokol kesehatan (prokes) masih akan diketatkan.
"Sampai sekarang 19 (hotel) di Solo 17 di Semarang 2. Kita juga berdoa mudah-mudahan di Solo nggak naik, jadi mereka masih bisa bebas akses ke mana-mana belanja dan lain-lain," katanya.
Hotel yang dipilih mesti memenuhi standar terutama dapat mengakomodir kebutuhan penyandang disabilitas.
"Yang jelas lebar pintunya, kemudian akses dan sebagainya harus mereka siapkan. Kita berkonsentrasi untuk jumlah atlet disabilitas disetiap hotel, misal suatu hotel ada 20 atlet berkebutuhan khusus mereka harus menyiapkan 20 kamar untuk memodifikasi toilet untuk pintu kamar mandi dan sebagainya" jelasnya.
Rima menjelaskan masih ada kemungkinan tambahan atlet dan official yang datang. Untuk itu ia sudah mempersiapkan kedatangan 2 ribu atlet dan official.
"Sekitar 1800-an karena pendukung official dan lain-lain dinamis, mungkin total maksimalnya 2000 dari 11 negara," sebutnya.
Sementara itu, atlet dan official nantinya akan dibagi per-masing-masing cabang olahraga (cabor). Hal itu dilakukan untuk memudahkan transportasi ke venue serta mitigasi apabila terdapat temuan kasus Covid-19.
"Iya by cabang bukan kontingen. Jadi setelah di bandara langsung di pecah ke cabang masing-masing. Lebih mudah memitigasi transportasi apabila nanti ada Covid-19 dll. Jadi apabila by kontingen akan susah sekali mengakomodir transportasinya karena ada venue yang jauh. Tapi apabila by cabor semua pendek-pendek jadi gampang untuk mengatur akomodasi dan transportasi mereka," terangnya. (dks)
(zend)