Hard News

Hadapi Cuaca Ekstrem, Ini Arahan Kepala BNPB

Nasional

11 Oktober 2022 16:15 WIB

Banjir dan tanah longsor yang dipicu oleh hujan lebat menerjang enam desa di Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur pada Jumat (7/10) pukul 04.00 WIB. (Foto: Dok. BPBD Kabupaten Trenggalek)

JAKARTA, solotrust.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto meminta seluruh pemangku kebijakan di daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem, yang diprakirakan masih akan melanda wilayah Tanah Air dalam kurun sepekan ke depan atau sampai Sabtu (15/10).

Arahan tersebut ditujukan langsung Suharyanto bagi seluruh komponen mulai dari dari pimpinan daerah provinsi, kabupaten/kota, perangkat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), unsur TNI, Polri, relawan termasuk masyarakat se-Tanah Air melalui Rapat Koordinasi Nasional BNPB-BPBD untuk Kesiapsiagaan Menghadapi Potensi Cuaca Ekstrem di Jakarta, Senin (10/10).



Dalam arahan itu, Kepala BNPB menekankan bahwa penanggulangan bencana sudah menjadi standar pelayanan minimum pemerintah daerah.

Oleh sebab itu, Suharyanto meminta agar segenap komponen pemerintah daerah segera melaksanakan apel kesiapsiagaan untuk mengecek kesiapan alat, perangkat dan personil dalam menghadapi cuaca ekstrem yang dapat berdampak bencana seperti banjir, banjir bandang, angin kencang dan tanah longsor.

"Penanggulangan bencana adalah standar pelayanan minimum di daerah. Untuk itu, pimpinan daerah dan segenap jajaran agar segera melakukan apel kesiapsiagaan dalam rangka mengetahui dan mengecek kesiapan alat, perangkat, dan personel untuk menghadapi bencana banjir, longsor akibat cuaca ekstrem," kata Suharyanto, seperti dikabarkan BNPB dalam laman resminya.

Menurut data BNPB, kejadian bencana yang dipicu oleh faktor cuaca seperti banjir, cuaca ekstrem dan tanah longsor mendominasi sejak 1 Januari hingga 9 Oktober 2022.

Bencana banjir terjadi sebanyak 1.083 kali peristiwa, cuaca ekstrem 867 dan tanah longsor 483 kejadian.

Selain itu disusul bencana karhutla sebanyak 239 kejadian, gempabumi dan gunungapi 21, gelombang pasang atau abrasi 21 dan kekeringan 4 kejadian.

Akibat dari rentetan bencana tersebut, sebanyak 160 jiwa meninggal dunia, 28 hilang, 790 luka-luka dan 3.193.001 terdampak bencana.

Kerugian yang ditimbulkan atas bencana selama 10 bulan ini meliputi 31.170 rumah rusak, 882 fasilitas rusak, 501 fasilitas pendidikan rusak, 306 rumah ibadah rusak, 75 fasilitas kesehatan rusak, 137 kantor rusak dan 137 jembatan rusak.

Lebih mengerucut, Kepala BNPB menerangkan bahwa selama sepekan terakhir, atau tepatnya sejak tanggal 3 sampai 9 Oktober 2022, telah terjadi 66 kejadian bencana hidrometerologi basah yang meliputi 35 kejadian banjir, 16 tanah longsor dan 15 cuaca ekstrem.

Dari seluruh kejadian itu, ada sebanyak 9 jiwa meninggal dunia, 1 hilang dan 151.156 warga terdampak.

Atas dasar dari seluruh rangkaian bencana tersebut, Kepala BNPB mengingatkan kembali kepada pemerintah daerah agar segera menerbitkan status tanggap darurat apabila terjadi bencana.

Hal itu menjadi penting, sebab dengan diterbitkannya status tanggap darurat maka seluruh stakeholder dapat memberikan bantuan dan dukungan untuk mengurangi dampak risiko, baik memininalisir jatuhnya korban jiwa maupun kerugian materi dan penghidupan lainnya.

"Tanggap darurat ini dilakukan secapat mungkin, agar warga yang tedampak bencana segera dapat terbantu," kata Suharyanto.

"(Seluruh stakeholder) Ini baru bisa masuk setelah daerah menetapkan status tanggap darurat," imbuh Suharyanto.

Lebih lanjut, Suharyanto juga mengatakan bahwa penanggulangan bencana adalah urusan bersama.

Penanganan bencana harus melibatkan seluruh unsur stakeholder mulai dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Dinas PUPR, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, akademisi, media massa, relawan hingga masyarakat.

Oleh sebab itu, menurut Suharyanto, perlu ada sinergitas antar stakeholder yang dimulai dari koordinasi.

Suharyanto meminta pucuk pimpinan BPBD untuk menginisiasi giat yang merujuk pada peningkatan kesiapsiagaan, seperti monitoring situasi saat hujan, penyiapan jalur dan tempat evakuasi serta penguatan peringatan dini bersama TNI dan Polri.

"Perlu ditingkatkan koordinasi secara sinergis. Tolong kepala BPBD ini menjadi pendorong, menjadi inisiator dan koordinator. Silakan diadakan koordinasi dengan komandan TNI dan Polri di daerah," pungkas Suharyanto. (Lin)

(zend)

Berita Terkait

BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan!

Kepala BMKG Imbau Pemudik Lebaran Waspada Cuaca Ekstrem

Pemkot Semarang Bantu Nelayan Terdampak Cuaca Ekstrem

BMKG: Potensi Cuaca Ekstrem Masih Perlu Diwaspadai di Januari 2024, Ini Analisisnya

Libur Nataru, BMKG Minta Masyarakat Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem

Dewan: Cuaca Ekstrem Pengaruhi Harga Gabah di Tingkat Petani Rendah

Bupati Demak Tetapkan Status Tanggap Darurat 14 Hari

Pangdam IV/Diponegoro dan Kapolda Jateng Bagikan Ribuan Paket Sembako ke Warga Terdampak Banjir

Lebih 20 Ribu Nasi Bungkus Dibagikan ke Warga Terdampak Banjir Semarang

Evakuasi Warga Terdampak Banjir Genuk, TNI Kerahkan Truk LCR

Masyarakat Terdampak Banjir Semarang Enggan Ngungsi

Bencana Banjir di Luar Prediksi, Pemkot Semarang Tingkatkan Koordinasi dengan BBWS

Banjir dan Tanah Longsor Menerjang Bali, Warganet Kirim Doa dan Donasi dengan Tagar #PrayForBali di Twitter

Vietnam Dilanda Banjir dan Tanah Longsor, 102 Meninggal 90 Ribu Mengungsi

Longsor di Kemuning, 4 Pekerja Tergulung Tanah, Satu Diantaranya Tewas

Detik-Detik Tembok Penahan Tanah di Limbangan Longsong

Deteksi Dini Tanah Longsor di 11 Desa, UNS Bagikan 100 EWS Portabel

Bencana Tanah Longsor dan Puting Beliung Mendominasi di Jateng Dua Bulan Terakhir

Kasdam IV/Diponegoro Ingatkan Prajurit Waspada dan Siaga Perbantuan Bencana Alam

Lapor Kejahatan dan Pertolongan Bencana Alam Kini Bisa Lewat Aplikasi Libas-Kenita

Waspada! Sejumlah Kecamatan di Boyolali Rawan Bencana Alam

Antisipasi Bencana Alam di Boyolali, Tim Gabungan Apel Bersama

Tinjau Longsong di Semarang, Risma: Kalau Ditempati Lagi Bisa Bahaya

Tinjau Longsor di Semarang, Risma: Cuacanya Ekstrim, Kita Ndak Bisa Nebak

Berita Lainnya