SOLO, solotrust.com - Mewujudkan Indonesia, khususnya wilayah Solo bebas tuberkulosis (TBC), Dinas Kesehatan Kota (DKK) setempat menggandeng Mentari Sehat Indonesia (MSI) dan komponen terkait lainnya. Upaya ini dilakukan menyusul tingginya kasus TBC di Kota Bengawan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) DKK Solo, Tenny Setyoharini, menyebut pada 2022 per 14 Desember berhasil menjaring sebanyak 13.359 suspek TBC (141%) dari target suspek 9.496. Adapun dari angka itu suspek berdomisili di Kota Solo hanya 9.656 atau sekira 102%.
“Angka keberhasilan pengobatan TBC tahun 2021 sebesar 83% atau sebanyak 1.013 pasien,” ungkapnya, saat acara Paparan Bersama Komitmen Penanggulangan TBC Kota Solo, Jumat (16/12/2022).
Lebih lanjut Tenny Setyoharini menyebut, capaian penemuan kasus DKK Solo sebanyak 1.600 (91%) dari target penemuan 1.758 kasus, namun hanya 38% atau 666 kasus beralamatkan Kota Solo.
Kasus TBC Anak masih tinggi, sebanyak 382 kasus di mana untuk yang beralamatkan Kota Solo sebanyak 157 kasus. Kasus TB-HIV 2022 sebanyak 41 kasus, namun hanya lima kasus beralamatkan Kota Solo. Adapun untuk kasus TB MDR pada 2022 sebanyak sembilan kasus dan sudah memulai pengobatan semua.
“Permasalahan TBC harus diselesaikan secara bersama-sama, bukan hanya Dinas Kesehatan saja, melainkan kerja sama dengan menggandeng komponen terkait lainnya sesuai kewenangannya masing-masing,” jelas Tenny Setyoharini.
Dalam kesempatan yang sama, anggota komisi IV DPRD, Elizabeth Pudjiningati menegaskan dirinya mendukung sepenuhnya penanggulangan penyakit menular, salah satunya tuberkulosis. Dukungan ini salah satunya diwujudkan melalui perjuangan usulan kebijakan anggaran yang setiap tahunnya mengalami kenaikan.
“Secara umum untuk sektor kesehatan anggarannya tiap tahun mengalami kenaikan. Pada 2022 dianggarkan Rp268.572.151.785, sedangkan untuk 2023 dianggarkan Rp336.754.417.978 atau naik 25,39%,” urainya.
“Kami akan mendukung semua kegiatan dari dinas, tak terkecuali yang sedang digalakkan oleh Dinas Kesehatan, yaitu TBC dan stunting. Kami akan mendukung sekali, baik berupa anggaran maupun kegiatan. Bila memang diperlukan untuk melakukan edukasi untuk masyarakat terkait TBC, nanti bisa dikoordinasikan,” tegasnya.
Sementara itu, Koordinator MSI Solo, Rishan, mengutarakan MSI secara berkelanjutan melakukan investigasi kontak atau skrining kesehatan di wilayah kantung TBC, edukasi masyarakat, pendampingan pasien dan pendampingan pengawas minum obat, serta pelacakan pasien mangkir berobat.
“Kita berharap dengan usaha yang kita lakukan mampu mewujudkan target eliminasi TBC di Solo pada 2026. Kami mengapresiasi Dinkes Solo dan fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) atas terbukanya kolaborasi dalam gerakan eliminasi TBC,” kata Rishan. (nas)
(and_)