SUKOHARJO, solotrust.com - Peserta KB pria di Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan. Hal ini lantaran Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Sukoharjo menyiapkan insentif berupa dana stimulan sebanyak Rp2 juta, khusus untuk laki laki yang menjadi akseptor KB.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Sukoharjo, Proboningsih Dwi Danarti, menyampaikan dari tahun ke tahun jumlah peserta Medis Operasi Pria (MOP) cukup tinggi.
Hal ini dipicu adanya dana stimulan atau semacam bantuan yang nilainya sebesar Rp2 juta. Dana itu diberikan kepada peserta KB pria tanpa adanya potongan.
“Program pemberian dana stimulan untuk peserta MOP ini sudah dimulai sejak 2017 lalu, sejak zaman bupatinya Bapak Wardoyo Wijaya. Dinilai bagus dan sangat membantu, program ini kemudian dilanjutkan bupati selanjutnya, Ibu Etik (Etik Suryani),” terangnya, Rabu (08/03/2023). Uang atau dana stimulan ini diberikan sebagai pengganti ketika peserta KB harus istirahat di rumah pascaoperasi.
“Setelah operasi memang harus istirahat, walaupun sebenarnya tidak sampai tiga hari banyak yang sudah sembuh dan bisa beraktivitas normal,” imbuh Proboningsih Dwi Danarti.
Tercatat dari 12 kecamatan di Sukoharjo, peserta KB pria paling banyak ada di Kecamatan Weru. Tentu saja, tingginya antusias peserta KB pria di wilayah ini bukan semata karena kompensasi uang diberikan, melainkan kesadaran dari peserta KB itu sendiri.
“Kecamatan Weru banyak kepala desa yang turun langsung bersama petugas KB memberikan sosialisasi dan edukasi langsung kepada warga. Hal ini faktor penting yang berperan besar pada keberhasilan MOP di Kecamatan Weru,” jelas Proboningsih Dwi Danarti
Program MOP di Sukoharjo ini tak semulus seperti diharapkan. Kepala Bidang KB, Yudianta menyebut banyak kendala ditemui di lapangan.
Saat ini terbangun opini MOP adalah kebiri. Padahal secara medis, MOP itu bukan kebiri yang tidak akan berpengaruh kepada kejantanan pria atau mengubah bentuk. Selain itu juga masih adanya beberapa masyarakat melihat program KB ini tidak sesuai ajaran agama tertentu.
“Kami terus mengedukasi dan memberikan informasi yang benar soal MOP, utamanya kepada calon akseptor. Selain itu juga memberikan pemahaman MOP terkait keyakinan beragama di mana ini sangat sensitif sekali ya, walaupun MUI (Majelis Ulama Indonesia) sendiri sudah menyatakan KB ini diperbolehkan,” kata Yudianta.
Sementara itu, salah satu peserta MOP, Eko Mulyono mengatakan sejak 2017 silam dirinya tidak menemui kendala apa pun. Ia menjalani rutinitas termasuk aktivitas seksual secara normal. Dirinya membantah opini berkembang jika KB pria itu dikebiri dan tidak bisa beraktivitas seksual secara normal.
“Justru sebaliknya, selain aman ternyata juga jos, tidak ada masalah sama sekali. Jadi nggak usah takut karena saya sudah menjalani dan saya sarankan ke yang lain agar segera ikut MOP,” ajak Eko Mulyono. (nas)
(and_)