Pend & Budaya

KBA Kube Bima sebagai Kampung Edukasi Wayang Dikenal hingga Jepang

Pend & Budaya

25 September 2023 12:03 WIB

Perajin wayang kulit di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten menunjukkan hasil karyanya. (Foto: Dok. solotrust.com/jaka)

KLATEN, solotrust.com - Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten berbatasan langsung dengan pedesaan di Kabupaten Sukoharjo dikenal sebagai kampung edukasi wayang.

Perkampungan di pinggiran Kabupaten Klaten ini sudah sejak lama dijuluki kampung wayang kulit. Pasalnya, hampir 80 persen warga Dukuh Butuh berprofesi sebagai perajin wayang kulit sejak 1950-an.



Menurut Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Bima, Nardi, pekerjaan sebagai perajin wayang kulit dilakukan secara turun-temurun. Dukuh Butuh disebut Kampung Berseri Astra (KBA) sejak 2018 silam.   

“Kampung ini dikenal dengan kampung wayang karena warga di sini mayoritas sebagai perajin wayang sejak mbah-mbah dulu. Kami hanya meneruskan saja, bahkan saya sejak sekolah dasar (SD) sudah mulai belajar menatah wayang dan lulus SMP saya baru bisa," katanya, saat ditemui solotrust.com di rumahnya, Sabtu (23/09/2023).

Disebutkan, hasil kerajinan wayang kulit Dukuh Butuh sudah dikenal banyak orang di wilayah Indonesia, bahkan gaungnya sampai ke Jepang dan Jerman. 

“Di Indonesia sudah banyak yang memesan hasil karya warga sini, bahkan wayang kulit juga sudah pernah dipesan dari mancanegara, seperti Jepang dan Jerman,” ungkap pria akrab disapa Nardi Baron Wayang.

Terbentuknya KUBE Bima mendapat dukungan dari Astra Group, bahkan sudah banyak bantuan diberikan kepada para perajin wayang di kampung ini.

“Bantuan yang diwujudkan tidak hanya sarana dan prasarana bagi perajin, namun juga ada bantuan pendidikan kepada siswa SD sampai SMA berprestasi,” ungkap Nardi.

Astra Group telah memberikan sarana dan prasarana di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno melalui empat pilar, mulai dari pendidikan, wirausaha, lingkungan, dan kesehatan.

“Beasiswa pendidikan kami diberi Beasiswa Lestari Astra, sementara untuk pilar lingkungan kami difasilitasi bank sampah. Setiap tanggal 10 kami ikut posyandu kampung. Pilar pendidikan masuk pada siswa SD untuk pembuatan wayang kulit. Prestasi yang diterima dari Astra Group juga banyak, bahkan kampung ini sudah bisa membuat sebuah pendopo joglo dan gapura dari Astra,” beber Nardi.

 Adapun perintis kerajinan wayang kulit di Dukuh Butuh bernama Mbah Kasimo. Pembuatan wayang kulit membutuhkan tingkat kesabaran serta ketelitian ekstra, mengingat tingkat kerumitan cukup tinggi.

“Saya generasi keempat, kali pertama perintisnya almarhum Mbah Kasimo. Membuat wayang memang harus sabar, teliti, dan harus memiliki jiwa seni juga. Tidak boleh grusa grusu,” kata dia.

Sementara itu, penatah wayang kulit, Sunarto mengaku menggeluti profesinya sejak muda. Ia belajar menatah wayang kulit sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

“Membuat wayang ini turun-temurun, kami hanya meneruskan saja, selain memang sudah hobi. Saya bersama istri setiap hari menatah wayang sebagai pekerjaan,” ucap Sunarto.

Hasil dari kerajinan ini sudah ada yang menerima.

“Di sini membuat terus, nanti sudah diambil oleh pengepul. Ada juga yang memesan langsung ke sini. Setelah pandemi Covid-19 pesanan banyak sekali,” pungkasnya. (jaka)

(and_)

Berita Terkait

Berita Lainnya